Dr. Maxi mengonfirmasi, “Hingga pagi ini, telah ada 33 kasus terkonfirmasi, dengan tiga pasien yang telah sembuh, 14 kasus masih dalam status suspek, dan 78 orang telah dicoret dari daftar pemantauan.”
RUANGPOLITIK.COM – Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI, dr. Maxi Rein Rondonuwu, menjelaskan bahwa seluruh pasien yang terinfeksi Mpox mengalami gejala yang ringan, namun mereka tetap dipantau secara ketat dan diisolasi di rumah sakit.
Kasus pasien cacar monyet atau Mpox di Indonesia terus mengalami peningkatan dan telah mencapai 33 kasus pada Jumat (3/11/2023).
Di antara kasus terbaru, satu pasien yang terkonfirmasi positif berasal dari Bekasi, sementara kasus lainnya masih terkonsentrasi di wilayah DKI Jakarta. Hal ini bertujuan untuk mengendalikan potensi penyebaran penyakit yang lebih luas.
Dr. Maxi mengonfirmasi, “Hingga pagi ini, telah ada 33 kasus terkonfirmasi, dengan tiga pasien yang telah sembuh, 14 kasus masih dalam status suspek, dan 78 orang telah dicoret dari daftar pemantauan.”
Ia juga menambahkan, “Kita melihat adanya tambahan satu kasus dari Kota Bekasi.”
Sebelumnya, ahli epidemiologi Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia mengungkapkan kekhawatirannya bahwa penyebaran Mpox mungkin lebih luas dari yang diperkirakan.
Hal ini dikarenakan banyak penularan terjadi di kalangan kelompok yang rentan, yang sering kali enggan melaporkan gejala penyakit karena takut akan pengucilan.
Dicky menjelaskan, “Hal ini bukan hal yang mengejutkan, dan malah semakin memperkuat indikasi bahwa kecenderungan penyakit Mpox akan menjadi sebuah epidemi, meskipun belum mencapai taraf pandemi. Penyebarannya pun cenderung bersifat diam-diam.”
Oleh karena itu, Dicky mendorong pemerintah untuk terus meningkatkan program vaksinasi Mpox, terutama di kalangan kelompok yang rentan. Potensi penyebaran yang lebih luas berpotensi berdampak pada kelompok yang lebih rentan, seperti ibu hamil dan anak-anak, yang bisa mengalami dampak serius jika terinfeksi.
Di sisi lain, Dr. dr. Windy Keumala Budianti SpKK dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia membagikan kronologi munculnya gejala pada salah satu pasien yang datang ke fasilitas kesehatan dengan keluhan ruam.
Pasien awalnya mengira bahwa ruam yang kemudian mengandung lenting-lenting berisi cairan adalah gejala jerawat biasa dan telah ada selama dua hari. Namun, pasien tidak mencoba menghilangkan lesi tersebut dengan memencet atau tindakan lainnya.
Beberapa waktu kemudian, ruam yang kemudian diidentifikasi sebagai lesi, yang merupakan gejala khas Mpox, mulai menyebar ke bagian tubuh lainnya, termasuk tangan dan di sekitar anus.
“Meskipun pasien mengalami demam selama dua hari, namun tidak ada keluhan nyeri kepala atau otot. Pasien hanya merasakan nyeri dan pegal secara umum tiga hari sebelum munculnya lesi,” paparnya dalam sebuah webinar beberapa waktu lalu.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)