Selain mencari figur senior, dosen Unversitas Al-Azhar tersebut berpendapat bahwa PDIP sangat berhati-hati dalam memilih sosok cawapres.
RUANGPOLITIK.COM —Beredar kabar Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) megawati Soekarnoputri melirik Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH. Nasaruddin Umar sebagai pendamping Ganjar Pranowo di kontestasi Pemilu Presiden (Pilpres) 2024.
Menanggapi isu ini, pengamat politik Ujang Komarudin berpendapat kalau PDIP sedang mencari sosok senior yang ideal dan memiliki latar belakang NU untuk mendampingi Ganjar.
“Ya, memang yang dicari oleh PDI Perjuangan adalah tokoh yang senior. Berlatar belakang NU dan punya basis massa NU. Dan yang paling penting cawapresnya tidak mengganggu kepentingan PDIP baik di 2024 atau 2029 nanti,” paparnya.
Selain mencari figur senior, dosen Unversitas Al-Azhar tersebut berpendapat bahwa PDIP sangat berhati-hati dalam memilih sosok cawapres.
“Artinya cawapres nanti tidak banyak cawe-cawe. Jadi arahnya mencari figur senior dan dari kelompok islam,” kata Ujang.
Sambung Ujang, PDIP memiliki haluan nasionalis, maka untuk menyeimbangkan hal itu, Megawati selaku pemangku kekuasaan dapat memilih cawapres berhaluan agamis.
“Ketika PDIP berhaluan nasionalis maka cawapresnya butuh haluan agamis atau kelompok identitas. Tetapi saya melihatnya bukan masalah kelompok identitas, melainkan PDIP butuh figur islam yang kriterianya ada di Nasruddin Umar,” kata Ujang.
Sementara, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menyebut, masuknya Nasaruddin Umar dalam bursa cawapres merupakan Langkah brilian dari Megawati untuk mendapatkan kemenangan.
Jubir PPP, Usman M Tokan mengatakan nama Nasaruddin Umar merupakan salah satu dari 10 nama tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang memang sudah diincar Megawati.
“Pernyataan Bu Mega bagus-bagus saja karena nama KH Nasarudin mungkin salah satu dari 10 nama yang masuk dalam catatan Ibu,” kata Usman kepada wartawan Rabu (17/5/2023).
Menurutnya, semua kandidat yang dimasukkan Megawati itu perlu melewati uji publik. Dia menambahkan, semua kandidat juga memiliki kesempatan uji publik yang sama di masyarakat.
Pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan itu mengatakan tidak pernah bermimpi menjadi bacawapres dan lebih ingin menebar kesejukan, ketenangan, serta kedamaian dalam ceramah.
“Nah, tugas saya dan tokoh agama lain bagaimana menciptakan kerukunan dan kedamaian agar bangsa bisa tenang,” ungkapnya.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)