Oleh : Abi Rekso (Penyuluh #RakyatAkalSehat)
RUANGPOLITIK.COM —Figur Sandiaga Uno bukan orang baru dalam politik, bisa dibilang yang bersangkutan menyandang “Pemain Licin” dalam setiap event elektoral. Bagaimana tidak, kegagalan menang sebagai Calon Wakil Presiden bersama Menhan Prabowo Subianto pada 2019, justeru terkonversi menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Sandi juga tidak bisa dibilang anak kemaren sore, jejak politiknya yang penuh liku dan intrik adalah catatan tersendiri. Bagi yang mengerti sisi selokan Balai Kota Jakarta, begitu santer pola permainan Sandi dalam “Tata Kelola Kuasa”. Kesempatan emas bagi Sandi, menghadapi seorang Anies Baswedan yang asik dengan tata-kata.
Rintihan ‘hengky-pengky’ itu mengalir dari gorong-gorong anggaran daerah, senyap namun tetap lembab dan sesekali basah. Yang menonjol dan menjadi desas-desus abdi dalam Balai Kota adalah bagaimana Sandi Uno secara cermat dan tepat memonitor sirkulasi karung-karung pengelolaan anggaran daerah untuk bisa dicuci bersih, jika ada sisa boleh dibawa pulang. Ya sebut saja, bagaimana kegembiraan “hengky-pengky” itu terdengar dari dapur PD. Pasar Jaya atau fenomena wajah-wajah tamak petinggi Bank DKI yang masuk ke Balai Kota melalui saluran selokan, bukan gerbang utama.
Namanya ‘Pemain Licin’, Sandi lebih erat bergelut dalam sisi ‘pertaruhan’ ketimbang ‘perjuangan’. Berbeda dari mantan pelatihnya yang kini lebih fokus membangun Partai Politik, Prabowo Subianto. Jika hari-hari ini kita menyaksikan bagaimana Prabowo Subianto terus membangun partai dalam rangka perjuangan cita-cita bangsa. Justru ‘Pemain Licin’ berlomba-lomba dalam berjudi di gelanggang politik. Bukan tidak mungkin dalam akal-akalan ‘Pemain Licin’ cita-cita bagsa yang mulia ini pun bisa diperjudikan.
Perpisahan antara Prabowo dan Sandi, jangan dilihat dalam aspek politis saja. Dalam banyak kejadian, perpisahaan ini tidak lebih dari pemain yang berpindah bandar saja. Pemain Licin sekelas Sandiaga Uno, tidak pernah sendirian dalam setiap melakukan aksi dan reaksi. Boleh dibaca, perpisahan Sandi dengan Prabowo, karena ada figur lain yang dianggap Sandi lebih kuat dan menjanjikan, atau dianggap lebih bisa bermain kotor, cukup kotor atau sangat kotor. Siapa dia ?
Mungkin belum penting kita mengungkap siapa bandar sekaligus pelatih dibelakang Sandi. Namun gerak-gerik politik ala penjudi Sandi Uno yang lebih menarik untuk kita cermati bersama.
Sebut saja operasi Ka’bah, bagaimana tiba-tiba nama Sandi Uno menjadi salah satu figur kuat dalam internal partai. Tidak tanggung-tanggung, bahkan Sandi sudah tahu lebih awal jadwal Pengumuman Ganjar Pranowo oleh Ibu Mega jauh sebelum para kader partai. Itu alasan kuat, mengapa Sandi segera merapat ke PPP dan memilih berpisah dari Prabowo. Selain ada figur kuat, Sandi juga sepertinya sedang dijanjikan untuk menjadi wakil Ganjar. Tentu, dengan beberapa syarat penting.
Apa lacur, operasi tidak berjalan baik. Di tengah perjalanan Presiden mengumpulkan para Ketua Umum Partai Pemerintah, kecuali Partai NasDem. Operasi Ka’bah pun tertunda untuk beberapa hal. Ditambah Romahurmuziy, tiba-tiba menyebut nama lain selain Sandi, bersamaan status Sandi yang belum diterima menjadi anggota Partai oleh Ketua Umum PPP Mardiono. Menandakan jalan Sandi kian terjal di PPP.
TIba-tiba, publik dikejutkan dengan sikap kader PKS yang siap mendukung Sandi untuk berpasangan dengan Anies Baswedan. Secara basis pemilih antara PPP dan PKS jelas sangat berbeda. PPP cenderung pada kaum Nahdliyin dan Islam Tradisional, sedangkan PKS Islam Perkotaan dan Ikhwanul Muslimin kecenderungannya.
Namun, sejauh saya menyimak bagi Sandi ini bukan soal popularitas dan basis pemilih, melainkan tentang melaksanakan tugas kepentingan orang besar dibelakang Sandi. Kita sebut operasi Simatupang 82, setelah Sandi tidak begitu moncer di PPP kemudian muncullah operasi Simatupang 82 ini. Tentu Sandi bukan orang baru bagi PKS, sejak Pilkada 2017 dan Pilpres 2019 Sandi punya keintiman khusus dengan PKS. Operasi Simatupang 82 ini juga bukan tanpa maksud, kali ini Sandi diarahkan untuk membuka peluang bergandengan lagi bersama Prabowo. Pertanyaan, apakah bisa semudah itu diterima kembali oleh Prabowo?
Kodrat dari ‘Pemain Licin’ berhamba pada kepentingan sesaat, sebagai sebuah jalan tujuan berpolitik. Dalam politik model perjudian yang dilakukan Sandi sama sekali lazim, kendati kita sebagai rakyat akal sehat perlu kritis terhadap muatan dan motif setiap kandidat yang akan bertarung di 2024 nanti.
Mungkin tidak mudah akan lahir kembali figur kepemimpinan nasional kalibrasi Presiden Jokowi. Kendati begitu; mata, telinga, pikiran dan suara kita harus menjadi mesin perangkat dalam melakukan seleksi elektoral yang semakin dekat. Rakyat adalah satu-satunya secara tunggal harus berdaulat bukan saja dibalik suara, melainkan dalam proses pengelolaan pemerintahan.
Bandung, Selasa 9 Mei 2023
Salam #RakyatAkalSehat
*Abi Rekso (Penyuluh #RakyatAkalSehat)*