Memang harus kita akui, syarat pencalonan presiden adalah tiket partai politik. Jadi jika kita maknai pernyataan Bu Mega secara prosedural memang benar adanya
RUANGPOLITIK.COM — Ketua DPP PDIP Said Abdullah menjelaskan konteks pidato Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri saat menyampaikan Presiden Jokowi kasihan jika tidak ada PDIP dalam pidato di HUT PDIP ke-50.
Said menyebut pernyataan Megawati disampaikan dalam acara yang ditujukan untuk internal PDIP. Megawati justru hendak menyampaikan bahwa Jokowi juga kader dari PDIP yang didukung menjadi presiden.
“Pidato Bu Mega di HUT 50 tahun PDI Perjuangan adalah acara internal. Refleksi bersama perjalanan PDI Perjuangan dan perjuangannya sebagai partai berideologi nasionalis. Pernyataan Bu Mega terkait Pak Jokowi tidak akan menjadi presiden jika tidak dicalonkan oleh PDI Perjuangan adalah wujud refleksi bahwa semua kader PDI Perjuangan,” kata Said saat dihubungi, Jumat (13/1/2023).
Secara prosedural, Megawati benar menyampaikan Jokowi tidak akan bisa menjadi presiden tanpa adanya PDIP. Menurutnya, Jokowi bahkan tidak akan bisa maju sebagai capres jika tak didukung oleh PDIP.
“Memang harus kita akui, syarat pencalonan presiden adalah tiket partai politik. Jadi jika kita maknai pernyataan Bu Mega secara prosedural memang benar adanya. Karena tiket pencalonan dari PDI Perjuanganlah Pak Jokowi memenuhi syarat menjadi calon presiden. Kalau syarat pencalonan tidak terpenuhi tentu saja beliau tidak akan mungkin menjadi calon presiden. Kalau menjadi calon sah presiden saja gagal, apalagi jadi presiden. Bukankah itu logika konstitusionalnya?” jelasnya.
Namun demikian, Said tidak menitikberatkan pernyataan Megawati pada persoalan legal-formal pencalonan presiden. Lebih jauh, dia menyampaikan bahwa semua kader PDIP yang saat ini menduduki jabatan publik merupakan hasil kerja gotong royong PDIP.
“Ada peran besar PDI Perjuangan bagi setiap kader yang menduduki jabatan-jabatan publik di semua tingkatan, baik di eksekutif, maupun legislatif. Dan hal itu adalah hasil kerja gotong royong segenap petugas partai. Pesan sentral Bu Mega adalah mengingatkan semua kader, tak terkecuali Presiden Joko Widodo untuk selalu meresapi prinsip kerja gotong royong. Inilah poin dari pernyataan Bu Mega tersebut,” tegasnya.
Karena itulah, dia menilai sesat dan keliru jika pernyataan Megawati kepada Jokowi dianggap merendahkan martabat Jokowi sebagai presiden. Megawati, kata dia, justru memuji kinerja Jokowi selama menjadi presiden.
“Jadi jangan dipotong potong, apalagi pihak luar ikutan baper, sebab ini bukan ditujukan kepada siapa pun. Apalagi pihak luar memaknai ini sikap merendahkan Presiden Jokowi, keliru dan hal itu sesat pikir karena tidak memahami utuh pernyataan Bu Mega dan konteks pidatonya yang untuk internal partai. Dan Ibu Mega juga memuji kinerja Presiden Jokowi dalam pidatonya. Kenapa bukan ini yang dibahas?” tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, Relawan Jokowi menyoroti isi pidato Megawati Soekarnoputri yang membicarakan perannya dalam menjadikan Jokowi sebagai presiden. Ketum Barisan Relawan Jalan Perubahan (BaraJP) Utje Gustaaf menilai kalimat Megawati itu terasa menyakitkan.
Utje mengatakan Jokowi bukan bagian dari golongan darah biru. Namun, menurutnya, Jokowi tak perlu lagi membuktikan siapa dirinya.
“Seorang Jokowi sang jelata yang tak berdarah biru, yang telah melalui proses dan memenangkan 2 kali Pilkada Walikota, 1 kali Pilkada Gubernur, 2 kali Pemilu Presiden tak perlu lagi membuktikan siapa dirinya,” kata Utje.
Utje memandang orang yang merendahkan Jokowi mencerminkan tidak puas dan cenderung terpeleset diri. “Yang merendahkan Pak Jokowi bisa jadi adalah orang-orang yang tak puas, tak bersyukur atau cenderung terpeleset diri,” katanya.
Utje menilai bisa saja Megawati tak bermaksud merendahkan Jokowi dalam pidatonya. Namun, kata Utje, kalimat Megawati menyakitkan bagi relawan Jokowi. (Syf)
Editor: Syafri Ario
(Rupol)