RUANGPOLITIK.COM — Siapakah yang akan berpeluang menang dalam kontestasi Pilpres 2024 mendatang? Meskipun penjaringan calon masih terus dilakukan oleh partai, menurut Ujang Komarudin Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) saat dihubungi RuPol.com belum ada kandidat yang benar-benar kuat sebagai capres.
“Dari ketiga nama yang keluar yakni Anies, Ganjar dan Prabowo ketiganya berpeluang sama, kekuatannya rata. Masih diangka 30 persen,” jelas Ujang Komarudin.
Ia menambahkan standarisasi kemenangan itu harus mampu menembus psikologi kemenangan yakni 60 persen seperti yang pernah terjadi di periode Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jokowi saat memenangkan pilpres.
“Artinya kandidat yang ada belum kuat, secara fakta contoh rasio kemenangan itu saat SBY melawan Megawati. Elektabilitas SBY 60 persen, dan kemenangan itu mutlak. Sama seperti halnya kemenangan Jokowi saat di Pilkada DKI. Itu rasio kemenangannya 60 persen. Kalau dilihat dari kandidat yang sekarang belum ada yang mendekati angka itu,” jelas Ujang.
Faktor lain penentu kemenangan adalah pengusaha ataupun cukong lebih mendukung siapa. Karena Ujang menilai cost yang dibutuhkan dalam biaya politik itu mahal. Sehingga para pengusaha atau cukong condong kemana itu sangat berpengaruh.
“Pengusaha dukung siapa? ini juga perlu kita amati,” jawab Ujang.
Ujang menambahkan faktor kemenangan yang menjadi penentu utama adalah elektoral.
“Elektoral inilah penentu kemenangan utama seorang capres,” jelasnya.
Sementara itu menurut Ujang tidak adanya capres potensial di kubu KIB, ini akan sangat berpengaruh sekali ke depannya.
“Jika KIB mengusung elektabilitas biasa, namun tidak memberi dampak elektoral. Ini berbahaya. Karena itu KIB harus menentukan capres dan cawapres yang bisa. Apalagi harus melihat survey yang objektif dan bukan pesanan untuk melihat capres yang potensial,” jelas Ujang.
Sejak Ganjar menyatakan kesiapannya untuk Capres, partai PAN langsung melakukan komunikasi politik dengan Ganjar. Dan menurut Ujang Komarudin, kuat dukungan KIB akan mengusung Ganjar tergantung siapa cawapres yang akan mendampingi. Karena tanpa cawapres yang bagus, sulit bagi Ganjar untuk menang mutlak. Apalagi suara di PDI-P akan pecah.
“PDI-P marah atau tidak, yang pasti suara PDI-P akan pecah. Yang jelas kalo KIB mendukung Ganjar bisa menang, bisa tumbang,” jelas Ujang.
Sementara itu, untuk koalisi partai di pemerintahan Jokowi, Ujang menilai mereka masih solid. Namun untuk pilpres, para parpol sudah jalan sendiri. Karena pilihannya hanya ada satu, parpol harus berbicara kemenangan. Untuk kubu PDI-Perjuangan sendiri, Ujang menilai mendukung Puan Maharani adalah harga mati bagi PDI-P.
“Jika PDI-P ingin mengusung Puan, potensi kalah sangat besar dan potensi menang kecil. Apalagi elektabilitas Puan rendah. Kita lihat saja nanti, menang atau tumbang,” jelasnya. (Ivo)