RUANGPOLITIK.COM — Dugaan perpecahan di kubu Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) kian menguat, apalagi banjirnya dukungan arus bawah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kepada Anies Baswedan, yang dianggap sebagai figur pemimpin muslim yang dianggap pantas untuk memimpin Indonesia ke depan. Menanggapi hal ini pengamat politik Dedi Kurnia Syah Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) saat dikonfirmasi RuPol.com, Kamis (20/10) menjawab aroma perpecahan KIB mulai terlihat dari PPP.
“KIB sejak awal dibentuk sudah miliki penanda perpecahan, terbukti dengan kolapsnya Suharso di PPP, lalu Golkar yang lebih sering lakukan pertemuan politik tanpa mitra, demikian halnya PAN,” ungkapnya.
Dedi menilai, sebagai partai terkecil sikap politik PPP akan lebih merapat ke partai besar. Artinya partai ini tidak akan ngotot menentukan siapa capres, namun lebih kepada membangun komunikasi politik membangun mitra dukungan.
“PPP sebenarnya tidak leluasa menentukan dukungan, sebagai partai terkecil dan terancam tidak lolos ke parlemen, akan membuat PPP memilih mitra partai lebih dulu, baru kemudian menentukan kandidat, artinya PPP harus memastikan akan berpihak ke partai mana lebih dahulu,” jelasnya.
Dua nama yang masuk ke KIB, yakni Ganjar Pranowo yang mulai dilirik oleh PAN. Dan dukungan basis PPP ke Anies Basewdan, namun sikap politik PPP lebih ke PDI-P tentunya ini akan menjadi blunder bagi koalisi ini.
“Jika dilihat dari geliatnya, PPP cenderung memihak ke PDI-P, sehingga akan usung kandidat dari mereka, belum tentu dua nama itu, bisa jadi justru Puan Maharani,” jelas Dedi.
Deni menilai kelemahan KIB dipengaruhi faktor minimnya elektabilitas, dan diantara tokoh KIB sendiri tidak ada yang bisa mendongkrak peroleh suara.
“Di sisi lain, KIB tidak miliki tokoh yang layak diusung karena minimnya elektabilitas. Tertinggi bahkan Zulkifli Hasan, bukan kader Golkar, sementara partai terbesarnya Golkar. Pilihan terbaiknya mereka usung kandidat di luar partai, dan ini pasti sulit, karena tokoh potensial sudah di miliki oleh calon rival. Sehingga memungkinkan KIB melebur ke koalisi lain,” jelasnya. (Ivo)