Berbeda dengan Ricky, atas tawaran yang diberikan tersebut, Richard justru menerimanya ketika Ferdy Sambo meminta dirinya untuk menembak koleganya
RUANGPOLITIK.COM –Berdasarkan surat dakwaan terhadap Ferdy Sambo yang dibacakan di awal sidang, Senin (17/10/2022) kemarin di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menguak sejumlah tabir peristiwa kematian Brigadir Yosua Hutabarat atau Brigadir J.
Awal mulanya, bukan Richard Eliezer yang dipilih oleh Ferdy Sambo untuk menghabisi nyawa Yosua. Namun, karena Ricky Rizal menolak menjadi eksekutor dengan alasan tak kuat mentalnya, Richard pun dipilih untuk menjadi penembak ajudan Putri Candrawathi.
Berbeda dengan Ricky, atas tawaran yang diberikan tersebut, Richard justru menerimanya ketika Ferdy Sambo meminta dirinya untuk menembak koleganya.
Sambo mengatakan, “Berani kamu tembak Yosua” dan dijawab Yosua “Siap Komandan”.
Sambo menyerahkan satu kotak peluru 9 mm dan meminta Richard memasukkannya ke magazine senjata api merk Glock 17.
Richard kemudian mengarahkan senjata ke Yosua dan meletuskan tiga hingga empat kali tembakan. Peluru pertama mengenai dada sisi kanan Yosua dan bersarang di otot sela.
Peluru kedua terjang bahu kanan menyebabkan luka tembak keluar di lengan atas kanan.
Peluru ketiga menghantam bibir kiri menyebabkan patah tulang rahang menembus ke leher kanan.
Sementara peluru keempat mengenai lengan kiri belakang menembus ke pergelangan tangan kiri.
Diterjang empat peluru, Yosua seketika roboh mengerang kesakitan. Untuk memastikan Yosua tewas, Ferdy Sambo yang mengenakan sarung tangan hitam meletuskan peluru terakhir tepat menerjang kepala bagian belakang sisi kiri sehingga membuat Yosua tewas.
Keterangan JPU bertolak belakang dengan penyampaian kuasa hukum Putri Candrawathi, Febri Diansyah yang mengungkap perintah Ferdy Sambo kepada Richard Eliezer untuk menghajar Yosua, bukan menembak.
“Memang ada perintah FS pada saat itu, yang dari berkas yang kami dapatkan itu perintahnya adalah ‘hajar, Chad’, namun yang terjadi adalah penembakan pada saat itu,” tukas Febri dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (12/10/2022).
Menurut Febry, karena Jenderal bintang dua itu panik ketika Richard menembak Yosua, dia pun sempat memerintahkan ajudannya memanggil ambulans setelah penembakan terjadi.
“FS kemudian panik dan meminta memerintahkan ADC. Jadi sempat memerintahkan ADC untuk melakukan memanggil ambulans dan kemudian FS menjemput Ibu Putri dari kamar dengan mendekap wajah bu Putri agar tidak melihat peristiwa dan kemudian memerintahkan RR mengantar Ibu Putri ke rumah Saguling. Ini adalah fase pertama rangkaian peristiwa,” terang mantan Jubir KPK itu.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)