Mengenai potensi adanya perebutan pemilih antara partai-partai itu, lanjut Sholeh itu merupakan nilai tambah bagi 4 partai
RUANGPOLITIK.COM –Direktur Eksekutif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) Dr. Sholeh Basyari, M.Phil, menyebutkan Pemilu 2024 bisa menjadi ajang unjuk gigi bagi partai-partai berbasis Islam.
Namun hal tersebut, harus melalui proses dan strategi yang tepat, terutama adanya keinginan masing-masing partai untuk menyingkirkan perbedaan.
“Pemilu 2019 meninggalkan jejak polarisasi yang membuat resah masyarakat. Kalau partai-partai Islam mengambil peran untuk bersama-sama menuntaskan itu, akan mendapatkan simpati dari masyarakat,” ujar Sholeh saat dalam diskusi bertajuk ‘Menakar Peluang Partai Islam di Pemilu 2024’ di RuangPolitik.com, Rabu (21/9/2022).
Saat ini di parlemen ada 4 partai Islam dengan wajah berbeda, menurut Sholeh, jika ke-4 nya bisa mencari titik temu, maka akan tercipta sebuah poros atau kekuatan baru pada pemilu mendatang.
PKB bisa mengambil peran untuk merajut poros tersebut, mengingat Ketumnya Muhaimin Iskandar yang memiliki manuver dan pengalaman panjang dalam politik Indonesia.
“Saya sangat yakin Cak Imin bisa membangun poros tersebut. Dia memiliki kapasitas untuk itu. Luwes dan memiliki kedekatan secara pribadi dengan elit-elit 3 partai lain,” terang Sholeh yang juga pengamat perkembangan islam nasional dan internasional tersebut.
Mengenai potensi adanya perebutan pemilih antara partai-partai itu, lanjut Sholeh itu merupakan nilai tambah bagi 4 partai.
Karena dengan mereka berkoalisi, pasar pemilih akan bertambah luas dan pemilih memiliki keleluasaan dalam memilih dalam lingkup 4 partai tersebut.
“Pasarnya sangat besar, mereka tidak akan berebut. Seperti strategi menangkap ikan semua sisi dikepung, nanti tinggal mengutip dan mengumpulkan saja sesuai jenisnya,” sambungnya.
Usung Muhaimin-Anies atau Anies-Muhaimin
Sebagai perekat bagi koalisi partai berbasis Islam tersebut, maka sosok Muhaimin Iskandar dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bisa menjadi solusi.
Menurut Sholeh, kedua sosok tersebut sudah lekat dengan pemilih Islam.
“Anies memiliki kedekatan yang kuat dengan Islam moderat dan juga kelompok yang disebut Islam kanan. Itu berada di PKS dan PAN. Sedangkan untuk kalangan Islam tradisional yang berhimpun di PKB dan PPP, belum ada yang sekuat Cak Imin,” terang Aktivis dan Cendekiawan Nahdlatul Ulama (NU) tersebut.
Dengan mengusung komposisi capres dan cawapres Muhaimin-Anies atau sebaliknya, Sholeh meyakini kekuatan poros partai Islam itu akan memenangi Pemilu 2024.
Dan akan memberi dampak elektoral yang besar juga bagi ke-4 partai pengusung.
“Cak Imin memiliki kelebihan untuk posisi capres, karena berasal dari kultural NU yang merupakan kelompok pemilih terbesar. Pengalaman panjang di jalur politik serta pernah menjadi menteri, modal yang cukup,” kata Sholeh.
Anies Baswedan menjadi pelengkap yang sempurna bagi Muhaimin, karena menjadi perwakilan dari kelompok Islam moderat.
Anies juga memiliki pergaulan dan wawasan internasional yang mumpuni, sehingga peran Indonesia akan semakin vital di dunia internasional.
“Saya lebih condong Cak Imin capresnya, tapi kalau nantinya survey-survey atau perkembangan ke depan komposisinya lebih tepat dibalik, saya yakin akan tetap dahsyat,” pungkas Sholeh. (ASY)
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)