RUANGPOLITIK.COM – Direktur Eksekutif Indonesian Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah, menyebut pasangan Prabowo-Gibran tidak otomatis akan mendapatkan limpahan suara pemilih Jokowi. Berdasarkan catatan survei IPO, simulasi Prabowo-Gibran masih berada di bawah Prabowo-Erick Thohir maupun Prabowo-Ridwan Kamil (RK).
“Ini memang dilematis, karena kalau Prabowo-Gibran berharap limpahan suara loyalis itu belum pasti. Kenapa? Karena loyalis Jokowi itu terintegrasi kuat ke PDIP. Mereka bisa saja lebih loyal ke PDIP, apalagi sosok Ganjar yang memiliki karakter PDIP yang sangat kuat” ujar Dedi saat dihubungi Rupol, Minggu (22/10/2023).
Pemaksaan nama Gibran juga akan menjadikan Prabowo sebagai bahan serangan dan tekanan publik, dimana soal politik dinasti masih menjadi narasi yang kuat dijadikan bahan kampanye.
Sampai saat ini juga tidak ada narasi-narasi yang mengangkat soal kapasitas Gibran, untuk pantas diusung sebagai cawapres.
“Semua hanya soal Gibran putera presiden, bukan soal kapasitas Gibran yang dianggap memiliki kapasitas. Ini akan berdampak juga kepada Prabowo, di saat di sekelilingnya ada nama-nama yang memiliki kapasitas seperti Erick Thohir, Airlangga Hartarto, RK ataupun Khofifah. Terbayang nanti ketika debat capres-cawapres, itu akan jadi bahan serangan bagi lawan,” terang Dedi lagi.
Menurut data survey IPO sendiri, simulasi pasangan Prabowo-Gibran masih berada jauh di bawah Prabowo-Erick dan Prabowo-Ridwan Kamil. Sangat berpotensi pasangan Prabowo-Gibran untuk kalah, bahkan pada putaran pertama.
“Jika tidak bisa mengantisipasi potensi serangan-serangan masif dari lawan, Prabowo-Gibran berpotensi kalah bahkan tidak masuk putaran kedua. Lebih aman bagi Prabowo untuk menggandeng Erick Thohir atau RK, posisi survey selalu berada di atas, tinggal bagaimana memaksimalkan potensi yang ada untuk lolos putaran pertama dan berharap limpahan suara Anies-Muhaimin di putaran kedua,” imbuh Dedi.(Syf)
Editor: Syafri Ario
(Rupol)