Yusri menambahkan, dugaan tersebut berdasarkan audit internal dan audit oleh Price Waterhouse Coopers (PWC).
RUANGPOLITIK.COM – Kerugian negara senilai USD140 juta (sekitar Rp2,1 triliun) dalam pembelian LNG dari Amerika Serikat oleh PT Pertamina (Persero) menjadi sorotan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Namun di tengah sorotan KPK tersebut, Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) mempertanyakan tanggung jawab Direktur Utama Pertamina saat ini, Nicke Widyawati, serta mantan Direktur Utama, Dwi Soetjipto.
“Jangan-jangan itu kerugian bisnis LNG Pertamina lainnya, meliputi kontrak LNG dengan Mozambique, Woodside dan Bontang, Muara Bakau dan Ganal Rapak,” ungkap Direktur Eksekutif CERI, Yusri Usman dalam keterangannya kepada wartawan di Jakarta, Jumat (22/9).
Yusri menambahkan, dugaan tersebut berdasarkan audit internal dan audit oleh Price Waterhouse Coopers (PWC).
“Sebagai mantan Dirut PT Pertamina, Karen Agustiawan menyatakan bahwa Sales Purchase Agreement (SPA) dengan Corpus Cristi Liquefaction (CCL) Amerika adalah aksi korporasi dari penugasan pemerintah melalui surat menyurat antara Menteri BUMN Dahlan Iskan dengan UKP4 tanggal 19 Maret 2012. Namun, perjanjian tersebut dianulir pada tahun 2015 saat Dwi Soetjipto menjabat,” terang Yusri.
Menurut Yusri, Karen Agustiawan juga menyebutkan bahwa pada Oktober 2018, Pertamina berpotensi bisa mendapat keuntungan 75 cent per MMBTU dari penjualan LNG yang berasal CCL Amerika Serikat kepada Travigura, namun anehnya Pertamina saat itu tidak menutup deal tersebut.
“Mengapa Dirut Pertamina saat itu (Nicke Widyawati) diam saja? Kami memberi apresiasi langkah berani Karen Agustiawan membuka tabir ada apa di balik proses hukum yang dia alami, buka semua biar terang benderang,” ungkap Yusri.
Terakhir, Yusri mencatat bahwa meskipun KPK menyoroti kerugian, Karen Agustiawan telah membantah kerugian negara yang disebut oleh Ketua KPK, Firli Bahuri. Bahkan Karen menyatakan bahwa keuntungan Pragnosa Pertamina hingga 2025 adalah USD107,38 juta atau setara Rp1,6 triliun.
“Luar biasanya, menurut info petinggi LNG di Pertamina Holding kepada CERI, malah hingga saat ini tahun 2023 saja Pertamina telah meraih ketuntungan lebih USD80 juta atau sekitar Rp1,24 triliun,” pungkasnya.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)