Menurut data NAFD, orang tua di Inggris meninggal dunia setiap 22 menit dan 80 persen orang akan mengalami kehilangan orangtua pada usia 18 tahun
RUANGPOLITIK.COM —Rata-rata 111 anak di Inggris kehilangan orangtua setiap hari, namun sekolah tidak memiliki pendidikan formal tentang kesedihan dan kehilangan.
John Adams, Presiden Asosiasi Direktur Pemakaman Nasional, percaya bahwa mempersiapkan mental anak untuk menghadapi peristiwa kematian orang yang mereka cintai sangatlah penting. Oleh sebab itu, John memimpin kampanye untuk menambahkan pelajaran tentang dukacita ke dalam kurikulum nasional.
Lebih dari 10.000 orang telah menandatangani petisi online yang dibuat John mengenai perlunya pendidikan soal berkabung.
John menyadari itu setelah kehilangan ibunya karena kanker saat berusia 12 tahun. “Kami sedang melakukan percakapan yang sangat nyaman di rumah. Tetapi di sekolah, teman-teman saya tidak dapat berkomunikasi dengan saya, karena mereka tidak yakin dengan apa yang harus dikatakan,” sebutnya dikutip RuPol dari Metro.co.uk.
“Rasanya tidak nyaman dan canggung. Para guru juga tidak yakin apa yang harus dikatakan kepada saya. Saya merasa tidak nyaman berada di sekitar orang lain, dan merasa sangat kesepian. Saya bukan pelaku dan bukan korban. Tapi saya tidak ingin orang lain mengalami hal yang sama seperti yang saya alami,” tuturnya.
Menurut data NAFD, orang tua di Inggris meninggal dunia setiap 22 menit dan 80 persen orang akan mengalami kehilangan orangtua pada usia 18 tahun. Berbicara tentang kematian dapat bermanfaat bagi anak-anak dan isu-isu tentang kehilangan harus menjadi pembelajaran wajib bagi anak sebagai persiapan untuk hidup sebagai orang dewasa.
“Orang-orang mungkin berpendapat bahwa pendidikan ini mengekspos anak-anak pada kesedihan yang tidak perlu, tapi mereka sudah melihatnya di film dan berita. Sebenarnya, ketidaktahuan itulah yang menyebabkan masalah,” tuturnya.
“Beberapa sekolah sudah mengajarkan hal ini, namun saya ingin melihat pendekatan yang konsisten dan seragam di seluruh Inggris,” sebutnya.
Sebagai salah satu cara untuk mendukung program ini, beberapa badan amal di Inggris telah menyediakan rencana pembelajaran yang tersedia untuk semua sekolah menengah di Inggris dengan cara mendaftarkan diri dan mendapatkan materi melalui situs web badan amal tersebut. (Dwi Wahyu Cahyono).
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)