RUANGPOLITIK.COM — Pimpinan Pusat Muhammadiyah menilai fenomena gerhana matahari hibrida hari ini memperkuat konsep hisab hakiki wujudul hilal yang dipakai Muhammadiyah untuk menentukan datangnya bulan baru, khususnya 1 Syawal Idulfitri lebaran 2023.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir pun meyakini metode hisab kelak pada akhirnya akan digunakan secara umum oleh umat Islam di Indonesia, bahkan seluruh dunia, meski saat ini masih mengalami penolakan.
Oleh karenanya, ketika saat ini masih terjadi perbedaan penentuan umat Islam, Haedar meminta untuk tidak saling menuding dan caci maki.
“Kami pun menghargai bagi saudara-saudara, maupun negara yang masih menganut sistem dan metode lain,” kata Haedar dilansir dari website resmi Muhammadiyah, Kamis (20/4/2023).
Seperti penggunaan jam sebagai penanda waktu salat, ia yakin suatu saat umat Islam seluruh dunia akan menerapkan metode hisab wujudul hilal sebagai landasan menentukan waktu-waktu penting ibadah yang lain.
“Sekarang kita bisa mudah sekali untuk salat dhuhur dan segala macam tanpa harus melihat matahari,” kata Haedar.
Ia mengatakan dalam menentukan waktu salat, saat ini semua golongan dan negara manapun memakai jadwal yang sudah pasti.
Muhammadiyah ingin dalam menetapkan awal Ramadan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah juga seperti itu. Namun, menurutnya hal itu membutuhkan waktu yang tidak pendek, bahkan mungkin satu abad.
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)