Militer Israel mengatakan, telah meluncurkan serangan artileri dan pesawat tak berawak (drone) terhadap peluncur roket di Suriah. Mereka menuturkan, ada 2 putaran peluncuran roket di wilayah Suriah pada Minggu, 9 April 2023 dini hari
RUANGPOLITIK.COM —Militer Israel mengaku telah meluncurkan serangan artileri ke Suriah, sebagai balasan serangan roket yang lebih dulu dibuat negara di wilayah levant di Timur Tengah tersebut. Beberapa roket ditembakkan dari wilayah Suriah menuju Israel utara, tetapi tidak menyebabkan kerusakan atau korban.
Pertukaran serangan itu terjadi di tengah Israel yang meningkatkan kekerasan di berbagai bidang, termasuk di Gaza, Lebanon, Yerusalem Timur yang duduki, dan Tepi Barat yang diduduki. Namun, tidak ada tanggapan dari pemerintah Suriah mengenai serangan balasan pada Minggu, 9 April 2023 pagi itu.
Militer Israel mengatakan, telah meluncurkan serangan artileri dan pesawat tak berawak (drone) terhadap peluncur roket di Suriah. Mereka menuturkan, ada 2 putaran peluncuran roket di wilayah Suriah pada Minggu, 9 April 2023 dini hari.
“Yang pertama melibatkan tiga roket, salah satunya mendarat di sebuah lapangan di Dataran Tinggi Golan yang dicaplok Israel,” ujarnya.
Peluncuran kedua, yang juga melibatkan tiga roket, memicu sirene di Israel utara. Namun, tidak ada laporan korban.
Tentara Yordania mengatakan, puing-puing dari roket jatuh ke wilayahnya tapi tidak menimbulkan korban atau kerusakan. TV Al Mayadeen yang berbasis di Lebanon juga mengatakan bahwa peluncuran roket itu diklaim oleh Brigade al-Quds, sayap bersenjata gerakan Jihad Islam Palestina.
Tembakan roket dari Suriah datang dengan latar belakang meningkatnya ketegangan Israel-Palestina, yang dipicu oleh serangan polisi Israel di kompleks Masjid Al Aqsa. Dalam serangan itu, Polisi Israel menembakkan granat kejut dan peluru baja berlapis karet pada jemaah Palestina yang melaksanakan salat tarawih.
Situs di Kota Tua Yerusalem, yang dinilai suci bagi Muslim dan Yahudi, yang dikenal sebagai Temple Mount, telah menjadi titik nyala lama. Terutama, atas masalah pengunjung Yahudi yang menentang larangan ibadah non-Muslim di kompleks masjid.
Penggerebekan itu terjadi pada saat semangat keagamaan meningkat, dengan Ramadhan bertepatan dengan hari libur Paskah Yahudi dan perayaan Paskah Kristen. Adegan kekerasan dari serangan itu membuat marah warga Palestina yang menjalankan bulan suci Ramadhan, dan mendorong kelompok-kelompok bersenjata di Lebanon dan Jalur Gaza untuk menembakkan rentetan roket ke Israel.
Militer Israel kemudian membom beberapa situs yang katanya milik kelompok Palestina Hamas di Gaza dan Lebanon selatan. Gideon Levy, seorang jurnalis dan penulis Israel, mengatakan bahwa ketegangan antara Israel dan tetangganya berada pada titik kritis.
“Situasinya sangat eksplosif,” katanya.
“Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, kita menghadapi pemerintahan yang sangat radikal, yang satu sisi cukup kuat, dan di sisi lain sangat rapuh, karena bagian paling radikal dari itu mendorong tindakan yang mungkin berubah menjadi bencana,” tuturnya.
“Adegan dari Masjid Al Aqsa adalah adegan yang tidak terlihat dalam beberapa tahun terakhir dalam kebrutalan mereka, dan saya pikir bahwa setiap pertikaian kecil dapat memanas ke seluruh area. Mudah-mudahan itu tidak akan terjadi, tetapi tidak ada yang bisa menjamin ini tidak akan terjadi,” ujar Gideon Levy menambahkan.
Dia juga mencatat, Israel telah melakukan ratusan serangan terhadap Iran di Suriah, seperti membom pelabuhan dan bandara. Serangan itu termasuk fasilitas utama di Aleppo yang telah menjadi saluran untuk pengiriman bantuan sejak gempa bumi mematikan yang melanda Suriah utara dan Turki selatan pada 6 Februari 2023.
“Tidak ada argumen publik tentang ini (serangan di Suriah) di Israel, dan tidak ada informasi tentang hal itu di Israel. Tidak ada yang tahu mengapa, apa bentuknya, dan berapa harganya,” ucap Gideon Levy.
“Satu hal yang jelas. Israel melanggar kedaulatan Suriah, dan Israel bermain api dengan Iran. Berapa lama Suriah dan Iran akan mentolerir ini?,” katanya kepada awak media.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)