Mengecam keras patung Yesus Kristus, vandalism meletus di Yerussalem. Pastor Nikodemus Schnabel dari Dormition Abbey, sebuah biara Katolik Ordo Benediktin di Yerusalem, menuding pemerintah Israel membenci Kristen baru
RUANGPOLITIK.COM—Bukan hanya bangsa muslim Palestina, Kristen Ortodoks di Yerusalem juga turut menjadi objek serangan Israel sepanjang Ramadhan 1444 H/2023 M.
Sejumlah pimpinan umat tersebut memohon perlindungan dan penjagaan kota suci itu kepada komunitas internasional.
Serangan terjadi salah satunya saat peringatan Prapaskah, di sepanjang Via Dolorosa di Kota Tua, pekan lalu. Dilansir dari The Christian Post, rekaman video menunjukkan penyerang mengutip ayat Exodus Bab 20, berbunyi, “Kamu tidak boleh memiliki berhala di Yerusalem, ini adalah kota suci.”
Mengecam keras patung Yesus Kristus, vandalism meletus di Yerussalem. Pastor Nikodemus Schnabel dari Dormition Abbey, sebuah biara Katolik Ordo Benediktin di Yerusalem, menuding pemerintah Israel membenci Kristen baru.
“Pagi ini, seorang ekstremis Yahudi menargetkan patung Juruselamat yang dicambuk di #Flagellation Chapel, perhentian pertama di #ViaDolorosa yang terkenal di #Jerusalem. Selamat datang di Israel baru yang membenci Kristen, didorong dan didukung oleh pemerintah saat ini!” kata Schnabel dalam cuitannya.
Ini kali kelima Israel menyerang umat Kristen per bulan April 2023. Menurut Custodia Terrae Sanctae, Israel juga menyerang biara dan pemakaman Kristen setempat. Patriark dan Kepala Gereja di Yerusalem di bawah Patriark Yerusalem Theophilos III, memperingatkan soal eskalasi serangan.
“Meskipun kami setuju untuk bekerja sama dengan otoritas pemerintahan (Israel), dan untuk mengakomodasi permintaan apa pun dari mereka selagi wajar, (namun kami menyambut) penduduk setempat yang punya niat baik untuk membantu mengamankan keamanan, akses, dan kebebasan beragama komunitas Kristen yang menetap serta jutaan peziarah Kristen yang setiap tahun mengunjungi Tanah Suci,” Kata para pemimpin Kristen tersebut dalam pesan Paskah.
Selain itu, pimpinan Kristiani itu juga menyeru komunitas internasional supaya membantu pemeliharaan Masjidil Haram.
Baru minggu lalu, Gereja Ortodoks Yunani mengecam serangan terhadap para pendeta di Makam Perawan Maria di Getsemani oleh penyerang bersenjatakan batang besi.
Zionis Israel menyerang gereja dan sekolah di Yerusalem
Polisi menangkap dua pria Israel lantaran merangsek masuk Gereja Getsemani dan menyerang uskup serta dua pendeta yang sedang menjalani kebaktian. Dua pria Israel itu kemudian mencoba merusak barang-barang di gereja namun berhasil diamankan jemaat yang hadir sebelum menuntaskan aksinya.
Aksi pada 19 Maret 2023 itu dikutuk keras kaum Kristen Ortodoks Palestina dan serangan itu tidak dapat dibenarkan begitu saja, demikian dilansir dari laman Vatican News.
“(Serangan itu) menargetkan gereja, kuburan, dan properti Kristen, selain pelecehan fisik dan verbal terhadap pendeta Kristen, telah menjadi kejadian hampir setiap hari yang terbukti meningkat intensitasnya selama perayaan Kristen,” demikian menurut pihak Kristen Ortodoks Palestina.
“Situasi yang suram ini tidak menimbulkan reaksi yang tepat, baik secara lokal maupun internasional, meskipun ada seruan, permintaan, dan protes yang dibuat oleh Gereja-Gereja di Tanah Suci. Sangat jelas sekarang bahwa kehadiran Kristen autentik di Tanah Suci berada dalam bahaya besar,” ujarnya melanjutkan.
Di sisi lain, berbeda dengan oknum penyerang, 22 Maret lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menunjukan sikap pro Kristen. Ia menentang RUU yang mengkriminalisasi dakwah Kristen dengan hukuman satu tahun penjara, atas usul anggota partai Yudaisme Taurat Bersatu.
“Kami tidak akan mengajukan undang-undang apa pun terhadap komunitas Kristen,” kata Netanyahu, menanggapi keprihatinan umat Kristen di seluruh dunia.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)