RUANGPOLITIK.COM — Kekerasan verbal atau bullying berulang yang terjadi di Pesantren Insan Cendikia Boarding School (ICBS) di Payakumbuh, Sumatera Barat mendapat sorotan dari Anggota DPR RI Andreas Pareira. Ia meminta agar dinas pendidikan setempat mengambil tindakan terkait hal ini.
“Dinas pendidikan setempat perlu melakukan pengawasan terhadap pihak sekolah dan mengambil tindakan,” kata Andreas saat berbincang dengan RuPol, Senin (20/3/2023).
Andreas juga meminta sekolah atau Pesantren ICBS untuk menjelaskan kepada publik tentang peristiwa yang terjadi di sekolah. Karena apabila terjadi kekerasan yang sudah menyangkut kriminalitas tentu sdh menyangkut ranah publik.
“Harus dilakukan tindakan sesuai hukum yang berlaku. Namun apabila menyangkut pelanggaran disiplin, tentu sekolah harus melakukan tindakan terhadap pelaku pelanggar disiplin,” ucapnya.
Diketahui Sekolah Islam Terpadu Insan Cendekia Boarding School atau yang lebih dikenal sebagai Pesantren ICBS, beberapa waktu terakhir mendapat perhatian khusus dari masyarakat.
Hal itu karena diberitakan berkali-kali terjadi aksi kekerasan fisik maupun bullying terhadap santri, bahkan ada yang sempat mendapat perawatan dan menderita trauma.
Berdasarkan catatan RuPol, sedikitnya ada 4 kasus kekerasan yang sempat mengapung. Kasus kekerasan terpantau pada pada pertengahan tahun 2022 kemudian 3 bulan setelah itu terjadi lagi kasus kekerasan bahkan sampai ke ranah hukum di Polres Limapuluh kota.
Pada saat itu tindak kekerasan berbuntut penganiayaan terhadap korban Af (14) oleh rekanya Ys (14) di asrama Umar 2 Pondok Pesantren ICBS di Jorong Lubuak Limpato, Nagari Tarantang, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota pada Kamis (8/09/2022).
Kasus kekerasan yang juga menyita perhatian publik terjadi tiga bulan lalu, yang mengakibatkan seorang santri dilarikan ke Rumah Sakit M. Jamil Padang untuk mendapat perawatan intensif.
“Putra saya harus saya keluarkan dari lembaga pendidikan ke agamaan di ICBS itu. Bukannya dapat pendidikan yang baik, malah anak saya jadi trauma,” ujar wali murid asal Kinali Pasaman Barat Ahmad Rizki .
Awalnya Ahmad Rizki sangat antusias mengantarkan anaknya menimba ilmu di ICBS tersebut, karena mendengar pendidikan agama di sekolah yang berpola pesantren tersebut sangat bagus.
“Justru yang terjadi sebaliknya, anak kami harus dilarikan ke rumah sakit akibat penganiayaan di Pondok Pesantren tersebut”, sambungnya.
Kemudian baru-baru ini terjadi lagi kekerasan dan bullying di asrama ICBS. Menurut keterangan dari orang tua murid, tak hanya terjadi pada anaknya namun juga kerap terjadi pada santri-santri lain baik di asrama Harau maupun Global.
Bahkan ia sampai menyebut ICBS hanya tampak bagus di luar, sementara di dalam busuk sekali.
“Terjadi pembullyan di asrama ICBS, sudah beberapa santri yang keluar sekolah dan ada beberapa santri yang daring ada juga kekerasan di asrama, malah ustad pembina malah menyudutkan santri,” ungkapnya di Harau.
Ia menceritakan anaknya dipukul beberapa kali hingga berdarah di Asrama Global ICBS namun tidak ada tindakan dari pihak asrama. Ia juga mengungkap bahwa kejadian serupa terjadi di ICBS tak hanya terjadi pada anaknya juga pada anak-anak yang lain.
Sehingga katanya banyak santri yang keluar, pindah, tidak masuk sekolah hingga ada yang memilih daring. Rata-rata santri itu takut untuk kembali ke ICBS.
Terakhir juga terpantau juga ada tindakan ustad di ICBS yang tidak bijaksana dalam menangani kenakalan santri di ICBS.
“Seharusnya yang namanya anak-anak treatmennya tentu berbeda dengan orang dewasa, jadi kami lihat ini juga terjadi pada anak kami beberapa hari yang lalu dia diperlakukan tidak sepantasnya,” ujar salah seorang orang tua murid. (DNG)
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)