RUANGPOLITIK.COM — Direktur Eksekutif Energi Watch Daymas Arrangga mengatakan bahwa jarak ideal antara pemukiman dengan depo mestinya adalah puluhan meter. Kurang dari itu, warga bisa terpapar risiko radiasi saat terjadi kebakaran.
Kebakaran yang melanda Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara pada Jumat (3/3/2023) malam menyisakan catatan. Tak semestinya area pemukiman warga berdekatan dengan wilayah depo bahan bakar minyak (BBM).
Oleh karena itu, ia menilai diperlukan adanya penertiban pemukiman warga di sekitar depo.
“Perlu penertiban permukiman-permukiman liar yang ada di sekitar depo. Karena kalau tidak, ketika terjadi sebuah risiko bencana kebakaran, [maka] akan seperti yang ada di video-video, begitu banyak dan begitu paniknya warga masyarakat yang memang tinggal di sekitar sana,” kata Daymas, Sabtu (4/3/2023).
Daymas menjelaskan depo memiliki radius paparan yang bervariasi, mulai dari 13 sampai 20 meter tergantung besaran tangki. Sementara radius radiasi panas bisa mencapai 50 meter.
Dia berujar banyaknya korban luka akibat kebakaran depo Plumpang saat ini merupakan contoh dari paparan radiasi panas. Pemerintah dan pihak Pertamina, perlu menginformasikan warga soal bahaya paparan radiasi panas tersebut.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh pengamat energi sekaligus Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa. Ia menilai, kawasan depo Plumpang seharusnya dibenahi agar tak terjadi insiden serupa di masa depan.
Fabby mengatakan bahwa sarana produksi dan penyimpanan BBM tak semestinya berada di lingkungan padat penduduk. Pemukiman dan depo, lanjut dia, seyogianya memiliki jarak aman puluhan hingga ratusan meter.
“Antara fasilitas ini dan pemukiman ada jarak aman, beberapa puluh hingga beberapa ratus meter,” kata Fabby saat dihubungi terpisah.
Fabby mengatakan, depo Plumpang sebetulnya sudah dibangun sejak awal 1970-an kala tak banyak penduduk menghuni lingkungan tersebut. Lokasi itu baru dipadati penduduk seiring berkembangnya waktu.
Oleh sebab itu, menurut Fabby, perlu ada regulasi yang ketat untuk membenahi kawasan tersebut. Dia menilai warga harus direlokasi dengan memberikan ganti rugi yang memadai.
“Kebakaran kali ini disinyalir berasal dari kebakaran pipa minyak, bukan di depo penyimpanan. Jadi apabila benar demikian, maka perlu ada pengamanan di sepanjang jalur pipa, termasuk adanya buffer zone dari permukiman warga,” kata Fabby.
Korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang di Koja, Jakarta Utara, bertambah. Polisi menerima informasi hingga kini jumlah korban meninggal mencapai 16 orang.
“Untuk yang saya terima data sejauh ini, sampai semalam 14. Hari ini tadi ada 15, sampai siang tadi ada 16,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko di lokasi.
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)