RUANGPOLITIK.COM– Ketakutan akan perang nuklir semakin nyata. Presiden Rusia Vladimir Putin kembali memberi sinyal soal nuklir, di mana dirinya akan melengkapi angkatan bersenjatanya dengan peralatan canggih.
“Seperti sebelumnya, kami akan meningkatkan perhatian untuk memperkuat triad nuklir,” kata Putin, merujuk pada rudal nuklir yang berbasis di darat, laut, dan udara.
Putin mengatakan bahwa untuk pertama kalinya, rudal balistik antarbenua Sarmat akan dikerahkan tahun ini. Sarmat adalah senjata dengan julukan “setan” yang mampu membawa banyak hulu ledak nuklir.
Isu nuklir yang masih menjadi ketakutan terbesar internasional dikritisi oleh
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Ia menyampaikan resiko bencana nuklir saat menghadiri pertemuan Conference on Disarmament di Jenewa, Swiss.
Dalam kesempatan itu, Retno sempat menyampaikan bencana nuklir hanya tinggal menunggu waktu jika tidak ada aksi nyata yang tegas, terlebih belakangan Presiden Rusia Vladimir Putin menarik diri dari perjanjian pengendalian senjata nuklir.
“Tanpa aksi nyata yang tegas, bencana nuklir hanya soal waktu,” kata Retno dalam pertemuan itu seperti dalam keterangan pers Kementerian Luar Negeri, Kamis (2/3/2023).
Retno mengatakan resiko bencana nuklir ini juga semakin besar. Terlebih, kata dia, banyak negara yang saling beradu teknologi nuklir.
“Resiko ini semakin besar seiring menajamnya rivalitas antar-kekuatan besar,” ucap Retno.
Retno pun menegaskan upaya perlucutan senjata nuklir juga telah mandek selama lebih dari seperempat abad akibat tidak adanya kemauan politik, kompleksitas situasi keamanan global, dan masih adanya mentalitas Perang Dingin. Atas dasar itu lah, dia menyampaikan tiga hal yang perlu dilakukan oleh dunia.
“Pertama, membangkitkan kembali kemauan politik. Harus ada aksi nyata yang dilakukan untuk mencapai perlucutan senjata nuklir. Fokus utama yang perlu didorong adalah Negative Security Assurances (NSA) yang mengikat secara hukum,” ujar dia.
“NSA adalah adanya jaminan bahwa negara pemilik senjata nuklir tidak akan menggunakan atau mengancam penggunaan senjata nuklir kepada negara non-pemilik senjata nuklir,” lanjut dia.
Kemudian, dia menyebut yang kedua yakni memperkuat arsitektur perlucutan senjata nuklir dan non-proliferasi. Dan yang terakhir memfasilitasi kepatuhan terhadap zona bebas senjata nuklir.
“Sebagai Ketua ASEAN tahun ini, Indonesia akan terus memajukan zona bebas senjata nuklir di kawasan Asia Tenggara,” tegas Menlu.
Menyusul terjadinya konflik Rusia dan Ukraina yang masih belum mencapai kata damai dan invasi Rusia ke Ukraina resmi berumur satu tahun, Jumat (24/2/2023). Bukannya mereda, sejumlah ketegangan justru makin meningkat.
Tak hanya melibatkan dua negara, sekutu-sekutu yang memihak masing-masing blok juga panas, seperti Amerika Serikat (AS). Bahkan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Joe Biden telah membuat pidato keras, di mana mereka mengkritik negara masing-masing, yang dikhawatirkan pengamat makin memperdalam konflik.
Dalam pidato kenegaraan terbarunya Selasa lalu, Putin menegaskan tak akan menyerah di “tanah sejarah” Ukraina. Ia pun menyalahkan Barat atas perang yang terjadi.
Diketahui, Biden tiba-tiba mendatangi Ukraina dan Eropa awal pekan ini. Mantan Wakil Presiden Barrack Obama itu menegaskan kembali komitmen kepada Kyiv seraya memperingatkan Moskow tak akan pernah memenangkan perang.
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)