RUANGPOLITIK.COM — Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di The Journal of Neuroscience pada 20 Februari lalu mengungkap ternyata otak bisa jadi lebih satu atau dua tahun lebih tua gegara tak tidur semalaman.
Dalam studi ini, para peneliti menggunakan mesin untuk memperkirakan “usia otak” dari pemindaian Magnetic Resonance Imaging (MRI). Mereka memindai otak orang-orang yang kurang tidur yang kemudian dibandingkan dengan hasil MRI setelah tidur semalam penuh.
Tidur merupakan hal mendasar bagi manusia untuk mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang normal. Apa yang bisa terjadi jika seseorang kurang tidur?
Hasil penelitian ini mengatakan melewatkan tidur pada satu malam menghasilkan perubahan otak yang serupa dengan terlihat setelah satu atau dua tahun penuaan.
Peneliti yang terlibat dalam riset ini berasal dari sejumlah institusi terkemuka seperti Institute of Neuroscience and Medicine (INM-2), Forschungszentrum Jülich, Jerman; Neurobiology Research Unit, Copenhagen University Hospital Rigshospitalet, Denmark; dan Institute of Pharmacology and Toxicology, University of Zurich, Swiss.
Para peneliti memilih lima kumpulan data dari 134 data peserta yang dibagi dalam empat kelompok, yaitu: kurang tidur total (tidak tidur selama satu malam), kurang tidur sebagian (tiga jam tidur selama satu malam), kurang tidur kronis (lima jam tidur setiap malam selama lima malam), dan kelompok kontrol (8 jam tidur setiap malam). Setiap kelompok memiliki setidaknya satu malam untuk tidur awal.
Setelah tidur di malam hari, setiap peserta menjalani MRI. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti untuk membandingkan bagaimana otak mereka terlihat sebelum dan sesudah kurang tidur, dan setelah istirahat penuh.
Untuk menentukan usia otak peserta, para peneliti menggunakan algoritma pembelajaran mesin yang disebut brainageR, yang dilatih berdasarkan data lebih dari 3.000 orang.
Algoritma yang digunakan untuk memprediksi usia kronologis seseorang dari MRI otak mereka didasari oleh seberapa sehat otak biasanya terlihat pada usia tertentu, dalam hal volume jaringan dan cairannya. Yang mana pada tes sebelumnya, para peneliti menemukan bahwa brainageR dapat secara akurat memprediksi usia dalam waktu sekitar empat bulan.
Dalam studi ini para peneliti menemukan bahwa untuk kelompok tidak tidur selama satu malam diperkirakan oleh brainageR bahwa mereka rata-rata satu hingga dua tahun lebih tua dari perkiraan awal dan perbedaan ini menghilang setelah malam pemulihan tidur.
Dibandingkan dengan kelompok kontrol, kelompok kurang tidur parsial dan kronis tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam prediksi usia mereka.
Hasil ini cocok dengan penelitian sebelumnya mengenai efek kurang tidur pada otak. Perubahan yang terjadi di otak orang yang kurang tidur pun terbukti.
“Perubahan luas yang terdapat pada morfologi otak ini akan diketahui dengan metode otak ini juga,” Kata Dr. David Elmenhorst, seorang profesor di Institute of Neuroscience and Medicine di lembaga penelitian Forschungszentrum Jülich di Jerman yang ikut dalam riset tersebut, kepada Live Science.
Ia melanjutkan, “Yang terpenting adalah bagaimana mereka mengemas hasil bukan sebagai penuaan yang dikatakan sebelumnya melainkan sebagai perubahan yang ditafsirkan oleh algoritma pembelajaran mesin sebagai penuaan.”
Profesor psikiatri dan ilmu biobehavioral di University of California, Judith Caroll menyatakan usia otak adalah ukuran yang sangat menarik saat melihat bagaimana perubahan dari kurang tidur. Caroll sendiri tidak terlibat dalam riset tersebut.
Ia melanjutkan studi tersebut hanya menemukan efek pada otak pada kelompok kurang tidur total. Sehingga sulit untuk disimpulkan efek kurang tidur dalam kehidupan nyata. Seperti disebutkan di atas kelompok kurang tidur kronis hanya diukur dalam jangka waktu lima hari.
“Saya tidak yakin dengan efek jangka panjang dari kurang tidur kronis, karena kondisi kronis hanya dalam lima hari” katanya.
Caroll menyarankan penelitian lebih lanjut dapat melibatkan orang-orang yang mengalami kurang tidur kronis, seperti orang yang melakukan kerja dengan sistem shift. “Karena banyak orang yang benar-benar kesulitan untuk tidur pada siang hari sehingga terjaga sepanjang malam,” ujarnya.
Elmenhorst mengakui sampel penelitian yang diterbitkan dalam judul “Total sleep deprivation increases brain age prediction reversibly in multi-site samples of young healthy adults” relatif kecil.
“Mungkin dengan sampel yang lebih besar akan lebih menyoroti efek yang lebih kecil pada kelompok lain, seperti pada peningkatan usia otak beberapa bulan,” katanya.
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)