RUANGPOLITIK.COM — Kemanakah arah pergerakan politik PDIP? Mengingat nama Ganjar Pranowo yang diusung oleh para relawan seperti ambyar dan tak tentu rimbanya. Dan kali ini terlihat Puan Maharani cukup massive melakukan pendekatan silaturrahmi ke parpol lain selama beberapa minggu belakangan ini.
Menurut pengamat politik Efriza dari Citra Institute, saat dihubungi RuPol, Jumat (17/2/2023) mengatakan jika PDIP memang terlihat lemah terutama mengingat jadwal pilpres yang kian dekat.
“PDIP masih dilema. Saat ini dapat dikatakan cenderung menguat kepada Puan Mahani memungkinkan. Apalagi Ganjar Pranowo seperti ‘menghilang ditelan bumi’, dengan sikap loyalnya sebagai petugas partai dan tak lagi menampakkan ambisinya,” tegasnya.
Sementara itu, Efriza melihat perubahan dinamika Relawan Jokowi alias JoMan yang dialihkan ke Prabowo dinilai sebagai bentuk pragmatis karena tak ingin rugi. Mengingat tekanan politik PDIP yang memang seperti tak memberi ruang bagi Ganjar Pranowo.
“Sikap Jokowi dan PDIP yang tak ingin terburu-buru, di sisi lain Ganjar tak menggeliat menunjukkan dirinya ingin menjadi capres di Pilpres 2024 ini, yang disinyalir meresahkan para relawan Ganjar. Para relawan sudah berpikir rasional, last minute menunggu Ganjar Pranowo tetapi dapat potensial Zonk, buat apa, lebih baik bersikap pragmatis lebih awal,” ulasnya.
Sisi lain, jika last minute malah dapat memerosotkan potensi kemenangan juga akan butuh energi serta dana yang tinggi. Ini yang dirisaukan oleh Relawan JoMan, tampaknya mereka juga menangkap sinyal Jokowi tak dapat berperan maksimal sebagai King Maker untuk mendorong Ganjar dipilih di PDIP, pengaruh Megawati masih amat kuat.
Sementara itu, mulai membesarnya koalisi yakni KIR dan KIB bersatu ditambah PDIP dinilai sangat terbuka pintu lebar.
“Sinyal PDIP memilih berkoalisi ke KIR atau KIB amat memungkinkan. Namun, mereka melihat dinamika politik dulu, khawatir KIB malah bergabung ke KIR. Jika KIB gabung ke KIR sepertinya PDIP akan mengajukan calon sendiri, memungkinkan memaksakan paket Puan-Ganjar,” ulas dosen Ilmu Pemerintahan ini.
Sedangkan, jika masih ada tiga Poros, PDIP akan memilih bergabung kepada KIB dibandingkan KIR. Sebab realitasnya KIB semata yang belum punya capres, jadi PDIP masih dapat sebagai pimpinan koalisi.
“Duet Prabowo-Puan amat diragukan, kecil kemungkinannya. Sebab potensial menangnya kecil. Duet ini bak deja vu kekalahan Megawati Prabowo di Pilpres 2009 lalu,” ulasnya.
Karen itu, Efriza menilai jika arah PDIP saat ini, atau sekarang ini adalah menyelesaikan riak di internal dulu. Diprediksi ada perselisihan pendapat di dalam tubuh PDIP. Sehingga untuk meredamnya adalah dengan tidak melakukan pergerakan intens di Pilpres, mereka wait and see atas dinamika politik dan koalisi di luar partai.
“PDIP amat kebingungan menentukan pilihan antara Puan dan Ganjar, sisi lain, menawarkan Puan kepada koalisi lain amat tak memungkinkan. Sehingga saat ini, diprediksi PDIP belum akan menentukan sikap. Mereka masih memberikan kesempatan kepada Puan Maharani,” pungkasnya. (IY)
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)