RUANGPOLITIK.COM— Invasi Rusia kepada Ukraina masih terus berlanjut. Korban jiwa terus berjatuhan, dan gempuran terus dilakukan Presiden Rusia Vladimir Putin, namun Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky masih bertahan di Kyiv.
Di tengah invasi, Presiden Joko Widodo sempat bertemu dengan Presiden Putin. Mereka berdua turut membahas IKN. Pemerintah Rusia pun menunjukkan minat ingin ikut investasi di pembangunan IKN di Kalimantan.
Namun, Mantan Wakil Menteri Luar Negeri RI dan pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal meminta agar Presiden Jokowi tidak menerima dana dari Rusia. Pasalnya, uang dari Rusia itu dinilai kotor, sehingga tidak pantas digunakan untuk membangun IKN yang sakral.
Pandangan itu diungkap Dino saat menjawab pertanyaan pada sebuah acara bersama tokoh sipil Ukraina di acara Voices from Ukraine.
“Jangan ambil uangnya. Kamu tahu mengapa? Bila ini akan menjadi ibu kota baru Indonesia, ini akan menjadi sakral. Ini bayi kita, kan? Tempat martabat dan jiwa kita. Apa kamu ingin uang darah di sana? Tidak. Kamu tidak ingin uang kotor,” ujar Dino Patti Djalal dikutip Kamis (8/2/2023).
“Mari kita jaga (IKN) tetap murni dan sakral bagi negara kita,” ujar Dino.
Delegasi Ukraina yang mengunjungi Indonesia di tengah invasi Rusia. Kiri-kanan: Alim Aliev (Ukrainian Institute), Liubov Tsybulska (CSC), Anna Liubyma (Kadin Ukraina/UCCI), dan Dr. Olexiy Haran dari National University of Kyiv-Mohyla Academy. Dok: FPCI
Pada acara tersebut, seorang delegasi sipil Ukraina mengungkap kondisi perang terkini. Rusia disebut terus menyerang infrastruktur sipil, sehingga rumah sakit ikut kewalahan.
“Karena mereka tidak bisa meraih kemenangan militer, mereka tak bisa meraih kemenangan di pertempuran, mereka melakukan terorisme. Mereka mulai menyerang infrastruktur, air, penghangat, dan listrik kami,” ujar Liubov Tsybulska, pendiri Centre for Strategic Communication.
“Jika kamu membahas rumah sakit yang ada anak-anak kecil, dan anak ini tidak punya kesempatan mendapat air hangat, contohnya. Orang-orang tak bisa dioperasi karena tidak ada listrik, atau mereka melakukan operasi dengan lilin di sekitar mereka,” ujar Liubov yang mengaku telah mengevakuasi dua anaknya ke luar Ukraina.
Liubov Tsybulska turut menegaskan bahwa ambisi Presiden Putin adalah ingin membangun kembali kekaisaran Soviet seperti tempo dulu. Salah satu caranya adalah mengisolasi Ukraina.
Dulu, Ukraina memang bagian dari Soviet, namun berhasil merdeka.
“Tujuan utamanya, tujuan strategisnya, adalah membangkitkan kekaisaran. Putin berkata runtuhnya Uni Soviet adalah bencana terbesar pada abad ke-20. Itulah yang ia ingin raih. Dan pertama-tama, ia ingin Ukraina tetap sendirian tanpa dukungan mitra-mitra internasional,” jelasnya.
Dino Patti Djalal turut bertanya kepada delegasi Ukraina terkait pemakaian nuklir taktis di Ukraina. Dr. Olexiy Haran dari National University of Kyiv-Mohyla Academy berkata kemungkinan itu tidak bisa dicoret. Namun, ia menggarisbawahi pentingnya posisi internasional untuk mencegah Rusia memakai nuklir.
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)