Wakil Ketua MPR itu menjelaskan, pembelahan yang terjadi setelah pemilu 2019 begitu terasa di masyarakat, bahkan di lingkungan keluarga
RUANGPOLITIK.COM —Sekretaris Jenderal (Sekjen) Gerindra, Ahmad Muzani mengatakan bergabungnya Prabowo Subianto ke ‘kubu’ Jokowi berbuah makian. Padahal, sang Ketua Umum mengesampingkan egonya demi menjaga persatuan bangsa Indonesia.
“Meskipun keputusan Pak Prabowo bergabung dengan Pak Jokowi banyak disalah pahami, disalah mengerti, bahkan di-bully, dimaki. Namun, kita nggak ada urusan, karena beliau meyakini keputusan itu untuk kebaikan bangsa dan negara,” katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis, 2 Februari 2023.
Ahmad Muzani mengatakan bahwa Gerindra menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dalam keberagaman yang ada di Indonesia. Meski, ada banyak pihak yang menilai keputusan Prabowo Subianto untuk bergabung ke dalam koalisi pemerintah itu disalahpahami.
Wakil Ketua MPR itu menjelaskan, pembelahan yang terjadi setelah pemilu 2019 begitu terasa di masyarakat, bahkan di lingkungan keluarga. Namun, dengan cepat Prabowo Subianto memutuskan, situasi seperti itu tidak boleh berlarut-larut.
“Ada yang kecewa, ada yang sudah berjuang merasa tidak dihormati, tetapi membangun persatuan bangsa ini justru dimulai dari harga diri para pemimpin, membangun persatuan bangsa ini kalau pemimpin terus memelihara harga dirinya, egonya, semua hal-hal yang bersifat ketersinggungan, maka tidak pernah akan ada persatuan kesatuan,” tutur Ahmad Muzani.
Oleh Karena itu, telah menjadi tekad Gerindra yang akan terus menegakkan kesatuan dan persatuan. Sikap itu, akan menjadi jati diri Partai Gerindra dalam upaya meraih kekuasaan untuk menjadikan Prabowo presiden pada Pemilu 2024.
“Kemenangan Pak Prabowo di Kalsel itu karena kepercayaan besar dari rakyat, dorongan para guru, ulama, kyai, habib, ustadz dan ustadzah, seluruh kader dan organisasi sayap, termasuk relawan dan para caleg. Dan untuk 2024 seluruh komponen itu akan kembali berjuang memenangkan Prabowo,” ujar Ahmad Muzani.
Jejak Prabowo Subianto di Pilpres
Rekam jejak Prabowo Subianto di dunia Pilpres telah berlangsung sejak 2004. Pada saat itu, dia termasuk dalam konvensi calon presiden (capres) yang dilakukan Golkar.
Partai berlambang pohon beringin itu merekrut 19 capres melalui pendaftaran secara terbuka, dan proses seleksi tingkat satu dan dua. Prabowo Subianto masuk ke dalam sejumlah nama yang terseleksi bersama Wiranto, Akbar Tanjung, Aburizal Bakrie, dan Surya Paloh. Namun, Prabowo Subianto kalah.
Dia hanya mendapat 39 suara, perolehan terendah dari lima nama tersebut. Konvensi dimenangkan Wiranto yang kemudian menjadi capres dari Golkar, berpasangan dengan Sholahuddin Wahid.
Kemudian, menjelang Pilpres 2009, tepatnya pada 2008, Prabowo Subianto memutuskan keluar dari Golkar dan pindah ke Gerindra. Gerindra saat itu merupakan partai baru yang dibangun pada 6 Februari 2008.
Dia pun maju ke Pilpres 2009 sebagai cawapres Megawati Soekarnoputri dari PDIP. Bersama, mereka dikenal sebagai koalisi Mega Pro, dan mengusung ekonomi kerakyatan sebagai program kampanye.
Menelan pahit, pasangan ini kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang diusung Demokrat dan berpasangan dengan Boediono. Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto hanya berhasil meraih perolehan 27 persen suara.
Pantang menyerah, Prabowo Subianto mencoba kembali peruntungannya bersama Hatta Rajasa dari Partai Amanat Nasional (PAN) pada Pilpres 2014. Berdua, mereka didukung Koalisi Merah Putih yang terdiri dari Golkar, PPP, PAN, PKS, dan PBB. Partai-partai tersebut memperoleh suara 48,9 persen di DPR pada saat itu.
Sayang, pasangan ini kalah dari Jokowi yang berpasangan dengan politisi senior Jusuf Kalla. Hasil resmi pemilu 2014 menunjukkan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla berhasil meraih 70.997.833 suara atau 53,15 persen sedangkan pasangan Prabowo-Hatta Rajasa meraih 62.576.444 suara atau 46,85 persen.
Prabowo Subianto pun kembali bertarung pada Pilpres 2019, dengan mencalonkan diri bersama pengusaha Sandiaga Uno. Namun, dia lagi0lagi kalah, dan Jokowi kembali menang. Pasangan Jokowi-Ma’ruf memperoleh 85.607.362 suara atau 55,50 persen, sedangkan pasangan Prabowo-Sandiaga memperoleh 68.650.239 suara atau 44,50 persen.
Begitu juga untuk Pilpres 2024 mendatang, Prabowo Subianto digadang-gadang akan kembali maju sebagai Capres. Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad menegaskan bahwa Gerindra telah satu suara memutuskan untuk mengusung kembali Prabowo Subianto maju calon presiden (capres) di Pemilu 2024.
“Rapimnas sudah menentukan Pak Prabowo sebagai calon presiden dari Partai Gerindra sehingga kalau ada kader lain yang berkeinginan maju ya itu enggak masalah jika ingin maju melalui partai lain,” ucapnya di Gedung DPR RI, Selasa 3 Januari 2023.
Baca Juga: Menilik Isi Perjanjian Politik Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Sandiaga Uno: Ada Materainya
Gabung Koalisi Jokowi
Setelah pertarungan sengit selama 2 periode Pilpres, Prabowo Subianto mengejutkan banyak pihak dengan bergabung dengan Jokowi. Dia dilantik sebagai Menteri Pertahanan pada 23 Oktober 2019.
Pelantikan itu berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 113/P/Tahun 2019 tentang Pembentukan Kementerian Negara dan Pengangkatan Menteri Periode 2019-2024. Jokowi lalu mengambil sumpah Prabowo bersama 33 orang lain yang menjadi pejabat di Kabinet Indonesia Maju.
“Bahwa saya akan setia pada UUD 1945 serta akan menjalankan segala perundang-undangan dengan selurus-lurusnya demi bakti saya kepada bangsa. Bahwa saya akan menjunjung tinggi dengan etika jabatan dengan bekerja sebaik-baiknya dengan penuh rasa tanggung jawab,” ucap Jokowi yang diikuti oleh Prabowo dan para menteri lainnya di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 23 Oktober 2019.