RUANGPOLITIK.COM — Dalam beberapa survei terakhir PAN dan PPP selalu memperoleh hasil yang kurang memuaskan karena berada di bawah ambang batas parlemen 4 persen. Padahal pada 2019 lalu kedua partai ini termasuk partai yang lolos ambang batas parlemen lebih dari 4 persen.
Menurut pengamat politik Dr Pahrudin mengatakan hasil kurang bagus ini karena kedua partai ini tidak memiliki hal yang paling penting dalam politik, yakni figur dan kaderisasi.
“Dua kunci sukses parpol di Indonesia, figur dan kaderisasi, Kedua faktor ini sangat minim di PAN dan PPP,” ujarnya.
Dosen Universitas Nurdin Hamzah ini berpendapat bahwa melihat hasil survei ini PAN dan PPP harus berbenah, mengingat masih ada waktu satu tahun lagi sebelum pelaksanaannya pesta Demokrasi.
“Kalau keduanya tidak melakukan cara-cara yang lebih progresif dalam 2023 ini, maka saya pikir PAN dan PPP akan sulit lolos ke Senayan,” ujarnya.
Ia mengatakan hasil survei seperti ini bisa menjadi acuan bagi partai untuk menghadapi pemilu, sehingga melihat hasil survei ini sebagai bahan evaluasi.
“Ini bisa menjadi acuan, selagi (survei) dilakukan dengan metodologi yang dapat dipertangggung jawabkan,” ucap Direktur Public Trust Institute (PUTIN) ini.
Meski berada dibawah ambang batas parlemen kedua partai ini mengaku tak khawatir, mengingat hasil survei bukan angka mutlak, penentuan hasilnya tetap di Pemilu 2024 mendatang.
Sementara itu menurut pendiri SMRC, Prof Saiful Mujani mengatakan pemilih kedua partai tersebut kemungkinan ditarik oleh partai lain.
“Yang paling mengkhawatirkan tidak masuk ke Senayan pada 2024, jika tidak ada kerja ekstrakeras adalah PAN dan PPP,” kata Saiful dalam program Bedah Politik bertajuk, “Pergeseran Pemilih Partai Menjelang Pemilu 2024” yang disiarkan di kanal YouTube SMRC TV.
Menurut Saiful, berdasarkan survei opini publik yang mereka gelar secara nasional dengan mengajukan pertanyaan pada para pemilih yang ikut Pemilu 2019, “Kalau bapak atau ibu memilih sekarang, partai mana yang akan dipilih?”
Untuk PAN, hasil yang didapat adalah tingginya angka pemilih partai itu pada Pemilu 2019 yang sekarang belum menentukan pilihan yakni 31,2 persen. Suara yang stabil memilih PAN sekitar 54,2 persen.
Saiful mengatakan bahwa karena suara PAN pada Pemilu 2019 sebesar 6,8 persen, maka jika yang kembali memilih partai ini hanya separuhnya, ada kemungkinan PAN tidak akan lolos ke parlemen pada pemilu mendatang.
Besarnya pemilih PAN yang masih menunggu ikemungkinan ditarik oleh partai baru yang didirikan oleh Amien Rais, yakni Partai Ummat.
“Begitu Pak Amien Rais tidak ada di situ, dan karena mereka loyal pada Pak Amien Rais, maka mereka akan hijrah juga,” kata Saiful.
Saiful melanjutkan bahwa jika kelompok ini tidak menambah atau menarik suara partai lain, maka baik PAN pimpinan Zulkifli Hasan maupun Partai Ummat bentukan Amin Rais akan mengalami kerugian karena terancam tidak lolos parliamentary threshold 4 persen.
“Keduanya bisa sama-sama tidak lolos kalau mereka tidak menambah kekuatan dari partai lain,” kata Saiful.
Saiful melanjutkan bahwa jika kelompok ini tidak menambah atau menarik suara partai lain, maka baik PAN pimpinan Zulkifli Hasan maupun Partai Ummat bentukan Amin Rais akan mengalami kerugian karena terancam tidak lolos parliamentary threshold 4 persen.
“Keduanya bisa sama-sama tidak lolos kalau mereka tidak menambah kekuatan dari partai lain,” kata Saiful.
Sementara itu, sebesar 56,7 persen pemilih PPP pada 2019 mengatakan akan kembali memilih PPP. Ada 22,5 persen yang sekarang menyatakan memilih Partai Demokrat, dan yang mengatakan akan memilih PDIP sebesar 8,3 persen.
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)