Karena Indonesia dikuasai oleh Firaun yang namanya Jokowi, oleh Qarun yang namanya Anthony Salim dan 10 naga. Terus Haman yang namanya Luhut
RUANGPOLITIK.COM — Video ceramah cendekiawan dan budayawan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun viral dan menuai kontroversi. Potongan video ceramah Cak Nun menyebut Jokowi sebagai Firaun dan Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sebagai Haman.
“Hasil pemilu mencerminkan tingkat kedewasaan dan tidak rakyatnya. Betul tidak? Bahkan juga algoritma pemilu 2024. Kan, enggak mungkin menang, wis sa ono sing menang saiki,” kata Cak Nun dalam potongan video tersebut.
“Karena Indonesia dikuasai oleh Firaun yang namanya Jokowi, oleh Qarun yang namanya Anthony Salim dan 10 naga. Terus Haman yang namanya Luhut,” tambahnya.
Cak Nun pun menjadi perhatian setelah mengibaratkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) seperti Firaun. Cak Nun mengaku kesambet saat mengucapkan hal itu.
PKB Jatim lantas membela Cak Nun. Bendahara DPW PKB Jatim Fauzan Fuadi menyebut orasi dari Cak Nun tidak seharusnya selalu dimasukkan ke hati. Sebab, Cak Nun merupakan budayawan dengan ilmu tinggi.
“Orasi Mbah Nun jangan selalu dimasukkan hati. Kata-kata beliau tidak bisa dicerna hanya dalam satu sudut pandang. Beliau itu budayawan dengan kedalaman ilmu agama yang sangat mumpuni. Harus cerdas menyikapi Mbah Nun. Netizen tidak perlu baper (terbawa perasaan),” kata Fauzan, Kamis (19/1/2023).
Fauzan meminta netizen tidak berlebihan merespons pernyataan Cak Nun. Apalagi, Presiden Jokowi juga tidak bereaksi apapun terkait ceramah Cak Nun tersebut.
“Katakan lah kritik tersebut kita maknai dangkal-dangkal saja, toh Pak Jokowi tidak bereaksi apa-apa kok. Pak Jokowi kan negarawan, beliau tidak antikritik. Kenapa netizen heboh? Malah ada yang lapor pihak berwajib segala, mau panjat sosial?,” ujar Fauzan.
Ketua Fraksi PKB DPRD Jatim mengungkapkan apa yang menjadi kritik dari Cak Nun jangan disikapi dengan pikiran dangkal. Apalagi, setiap manusia memiliki potensi sifat seperti Firaun.
“Saya kalau jadi Pak Jokowi, justru saya langsung minta waktu ke Mbah Nun. Sowan, minta doa, minta nasihat. Jadi, kritik Mbah Nun jangan dimaknai dangkal. Dipikir dan diresapi, biar akal kita bekerja,” jelasnya.
“Setiap manusia, memiliki potensi sifat Qorun, Firaun, Abu Jahal dalam dirinya. Begitu juga sebaliknya, setiap manusia pasti memiliki nilai-nilai profetik dalam dirinya. Yin and Yang kalau dalam filosofi Tionghoa. Sudahi saja polemik ini,” pungkasnya. (Syf)
Editor: Syafri Ario
(Rupol)