Jadi, dilihat dari elektabilitas, Cak Imin untuk menjadi cawapres saja tidak layak. Elektabilitasnya sangat tidak membantu mengerek elektabilitas Prabowo
RUANGPOLITIK.COM — Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga menanggapi pernyataan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang mengklaim koalisinya masih solid, sementara koalisi lainnya rawan bubar.
Menurut Jamiluddin Ritonga klaim Cak Imin itu tampaknya hanya menutupi koalisi PKB-Gerindra yang juga rawan bubar. Sebab, sampai sekarang koalisi dua partai itu belum ada kemajuan yang berarti.
Salah satunya dalam menetapkan capres dan cawapres yang akan diusung. Gerindra masih ngotot Ketua Umumnya Prabowo Subianto menjadi capres. PKB juga sama ngototnya agar Cak Imin yang jadi capres.
Walaupun dalam logika politik, Prabowo yang lebih layak jadi capres daripada Cak Imin. Sebab, elektabilitas Prabowo sangat tinggi sementara Cak Imin elektabilitas sangat rendah.
“Jadi, dilihat dari elektabilitas, Cak Imin untuk menjadi cawapres saja tidak layak. Elektabilitasnya sangat tidak membantu mengerek elektabilitas Prabowo,” ujar Jamiluddin Ritonga, Kamis (15/12/2022).
Karena itu ada usulan Ganjar Pranowo atau Erick Thohir lebih layak menjadi cawapresnya Prabowo. Dua orang ini dapat mengerek elektabilitas Prabowo.
“Jadi, koalisi PKB dan Gerindra berpeluang bubar saat menentukan capres dan cawapres. Bagi Prabowo, Pilpres 2024 merupakan peluang terakhir untuk menjadi presiden,” terangnya.
Karena itu, Prabowo akan mencari cawapres yang berpeluang memenangkannya pada Pilpres 2024. Cak Imin tentunya bukan pilihan yang tepat untuk memenangkan Pilpres.
Persoalan yang sama juga akan dihadapi KIB dan koalisi Nasdem, Demokrat, dan PKS. Kemungkinan bubar akan sangat besar bila salah memilih pasangan capresnya.
KIB misalnya, masalah capres dan cawapres akan sangat krusial. Golkar sudah solid hanya mengusung Ketua Umumnya Airlangga Hartarto menjadi capres. Sementara PAN dan PPP juga akan menyodorkan capresnya. Ada kemungkinan Ganjar Pranòwo akan diusung PAN.
Di sini akan muncul persoalan kelayakan Airlangga menjadi capres bila PAN menyodorkan Ganjar. Persoalan ini juga akan membuat KIB rapuh untuk bubar.
Bagi koalisi Nasdem, Demokrat, dan PKS juga rawan bubar saat menentukan cawapres. Bila Nasdem tetap ngotot menyodorkan Andika Perkasa atau Khofifah Parawansa, maka PKS dan Demokrat berpeluang menolaknya.
PKS dan Demokrat sudah menginginkan kadernya yang jadi cawapres mendampingi Anies Baswedan. Dari kader PKS Aher dan Demokrat AHY sama-sama didorong menjadi cawapres.
Walaupun dilihat dari elektabilitas, AHY yang paling tinggi daripada Aher, Khofifah, dan Andika. Karena itu, dari logika politik harusnya AHY yang menjadi cawapresnya Anies.
Namun hal itu hingga saat ini belum juga diputuskan. Bahkan infonya Nasdem tetap ngotot menginginkan Andika atau Khofifah yang jadi cawapres Anies. Hal ini tentu menjadi titik rawan bubarnya koalisi Nasdem, Demokrat, dan PKS. (Syf)
Editor: Syafri Ario
(Rupol)