RUANGPOLITIK.COM — Pernyataan Ridwan Kamil sebelumnya ingin terjun ke partai politik sepertinya mulai terlihat sinyal pilihan. Meski tak menjelaskan secara gamblang, Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia menyebut Ridwan Kamil merupakan warga Partai Golkar.
Alasannya, karena Ridwan Kamil sudah bergabung ke ke Kosgoro 1957, dua minggu yang lalu. Itu artinya Ridwan Kamil telah jelas memperlihatkan kemana muara politiknya yakni Partai Golkar.
Menurut pengamat politik Efriza dari Citra Institute mengatakan jika alasan Ridwan Kamil bergabung ke Golkar demi membidik posisi paling tertinggi yakni cawapres di pilpres 2024. Dan kemungkinan lain adalah untuk persiapan menghadapi Pilkada Jabar kedua kali.
“Ridwan Kamil membuat target dia yang tertinggi adalah cawapres. Hanya ketika dia tak berpartai target itu amat jauh untuk diraihnya. Ia lalu memilih Golkar. Sebagai anggota partai, ia tahu konsekuensinya Airlangga sebagai capres. Golkar tak mungkin berkoalisi (dalam KIB) tapi pasangannya dari Golkar semua. Maka ia siap menerima jika diminta kembali ke Pilkada Jabar,” jelas Efriza.
Efriza melihat peluang Golkar untuk bisa menang di pilkada DKI Jakarta agak kecil, sementara di Jawa Barat basis massanya cukup kuat. Sehingga tak menutup kemungkinan alasan inilah yang membuat Ridwan Kamil maju kembali dengan menggunakan perahu Golkar.
Tak hanya itu, dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) pengamat politik ini menilai, Golkar juga sedang mempertimbangkan kans untuk menang di Pilpres. Karena selama ini Ridwan Kamil masuk dalam radar cawapres yang memiliki elektabilitas cukup baik.
“Jika potensi menang Ganjar tinggi bersama Ridwan Kamil diyakini KIB utamanya Golkar juga tidak keberatan memasangkan keduanya, begitu juga PDIP juga mempertimbangkan Ridwan Kamil dengan Ganjar,” jelasnya.
Sementara untuk rasio kemenangan Ridwan Kamil sendiri dalam pentas cawapres, ia mampu bersaing dengan nama besar lainnya.
“Elektabilitas Ridwan Kamil kompetitif dengan bersaing terhadap nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Sandiaga Uno dan Khofifah Indar Parawansa. Malah lebih unggul dibandingkan Aher, Muhaimin Iskandar, dan Erick Thohir. Peluangnya Ridwan Kamil besar, dia diperhitungkan.
“Karena namanya kuat di Jawa Barat dibandingkan Aher. Ridwan Kamil masuk radar sebagai cawapres dari capres kategori tiga besar Prabowo, Anies dan Ganjar,” ulasnya.
Sehingga Efriza melihat Ridwan Kamil tengah mencoba mengambil peluang ini. Namun ada konsekuensi yang harus diterima Ridwan Kamil jika masuk dalam mesin partai, terutama koalisi. Ia sudah pasti akan tersandera oleh kepentingan KIB. Namun dengan masuknya Ridwan Kamil ke Golkar, pintu peluang duet Ganjar-Ridwan Kamil akan ada kemungkinan terwujud.
“Hanya saja, ketika Ridwan Kamil sudah berpartai, mengikuti maunya KIB, potensi besar adalah bersama Ganjar Pranowo.
Apalagi Golkar juga mengetahui ia adalah juara ketiga besar di Pileg 2019 lalu, masa di koordinatori oleh Nasdem yang peringkat kelima, apalagi Nasdem pecahan dari Golkar pula. Jadi hanya faksi Golkar dari kubu JK saja yang cenderung dukung Anies, tidak secara organisasi partai Golkar.
“Keuntungan Golkar adalah penguasaan daerah Jawa Barat. Ini menunjukkan kekuatan Golkar semakin kuat dan besar di Jawa Barat dengan bergabungnya RK. Sisi lain, Golkar juga ingin menguasai daerah pemilihan kabupaten/kota di wilayah Jawa Barat dengan persentase besar, kemarin di Depok, Golkar sudah kompetitif dengan PKS di Pemilihan Walikota yang dikuasai oleh PKS,’ ungkapnya..
Sementara itu rasio kemenangan Ganjar-Ridwan Kamil menurut Efriza lumayan tinggi, karena dua daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah sudah mereka kuasai. Mereka juga beranjak kepala daerah yang dianggap berhasil, pasangan muda dan mampu memahami selera milenial melalui konten media.
“Saya rasa peluang menangnya tinggi, jika di tarungkan dengan Anies-AHY, dari survei terlihat AHY lemah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan Jawa Tengah wilayah lumbung PDIP dan Ganjar. Di Jawa Barat ternyata AHY jika dipasangkan dengan Anies dan Anies dengan Ridwan Kamil saja, AHY nyatanya terjungkal,” pungkasnya.
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)