RUANGPOLITIK.COM — Adanya komunikasi yang intensif antar dua partai yang pernah berkoalisi di Pilpres 2019 lalu yakni Gerindra dan PKS mulai mencuatkan isu jika PKS akan hengkang dari Koalisi Perubahan yang terdiri dari tiga calon anggota yakni Demokrat, NasDem, PKS. Bagaimanakah nasib Anies Baswedan jika benar PKS hengkang dari koalisi yang belum terwujud ini?
Menurut Dedi Kurnia Syah Putra, pengamat politik dan Direktur Indonesia Political Opionion (IPO), saat dihubungi RuPol, Senin (5/12) mengatakan peluang Anies masih tetap terbuka sebagai capres tapi harus ada parpol baru yang bergabung.
“Jika PKS tinggalkan koalisi Anies tidak cukup terusung dengan Nasdem dan Demokrat. Tetapi peluang Anies tetap terbuka dengan hadirnya mitra baru, semisal PKB, bahkan PKB-Nasdem dapat usung tanpa Demokrat sekalipun,” jelasnya.
Dedi melihat peluang melompatnya PKS ke Gerindra-PKB bisa saja terjadi, namun PKS akan kehilangan tajinya. Dan ini juga tak berdampak apapun terhadap perolehan suara PKS. Secara kalkulasi elektoral PKS tak terdongkrak jika benar PKS akan berkoalisi dengan Gerindra. Dan bergabungnya PKS juga akan membuat hubungan Gerindra-PKB kurang harmonis.
“Skema PKS, PKB, Gerindra mungkin saja tetapi dengan koalisi ini PKS bisa kehilangan daya tawar, meskipun suara PKS stagnan di manapun berada. Meskipun skema ini bisa memicu keraguan PKB untuk tetap bersama seiring adanya PKS. Dan Gerindra tentu berpikir ulang menerima PKS jika harus kehilangan PKB,” tegasnya.
Karena itu, Dedi melihat peluang PKS tidak mendukung Anies Baswedan tetap saja bisa terjadi. Namun kedudukan PKS bagi Anies sendiri tidak begitu kuat karena belum ada pernyataan secara de facto PKS bagian dari Koalisi Perubahan dan mendukung Anies Baswedan sebagai capres 2024.
“PKS saat ini belum bisa dianggap bagian dari koalisi, mengingat belum adanya deklarasi bersama, artinya bagi Anies sama saja, dengan situasi saat ini semua pihak masih menjalin komunikasi,” pungkasnya. (IY)
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)