RUANGPOLITIK.COM — Masih mentalnya deal politik antara Gerindra-PKB menjadi upaya bagi PKB untuk memberi tekanan kepada Gerindra. Bahkan Gerindra juga diprediksi sedang menggandeng Ganjar Pranowo untuk dijadikan cawapres.
Menurut pengamat politik Citra Institute, Efriza menilai, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Muhaimin Iskandar terkesan diajak berkoalisi dengan Gerindra hanya untuk memenuhi ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) dari Gerindra untuk mengusung Prabowo Subianto.
Ia juga menambahkan dalam koalisi ini, tidak ada jaminan bagi Muhaimin Iskandar alias Cak Imin bakal dijadikan calon wakil presiden (cawapres) sekalipun mendirikan koalisi baru.
Efriza juga menambahkan, hal ini membuat Muhaimin geram. Selain menyelesaikan permasalahan dalam koalisi, Wakil Ketua DPR itu juga sedang disangkutpautkan kembali berbagai kasus korupsi di masa lalu.
“Ini artinya, Cak Imin merasa semakin jauh dari kans sebagai cawapres, karena memang Gerindra tidak sepenuh hati menginginkan Muhaimin Iskandar,” tuturnya.
Menurutnya, ngebet nyapres yang ditonjolkan Cak Imin hanya sekadar untuk menaikkan posisi tawar di dalam koalisi Gerindra-PKB.
“Inilah yang bikin Muhaimin bergejolak mulai bersuara terhadap Koalisi Gerindra-PKB,” pungkasnya.
Sebab, ada dugaan muncul riak-riak di dalam internal PKB bahwa Cak Imin tidak akan diusung menjadi cawapres.
Disis lain, Muhaimin merasa dirinya diamanati oleh partai untuk menjadi capres seperti yang tertuang dalam Muktamar PKB tahun 2019.
“Sebab, koalisi Gerindra-PKB terkesan komposisinya sudah dapat ditebak Prabowo-Muhaimin atau Prabowo dengan calon alternatif,” kata Cak Imin pada Kamis (24/11/2022).
Berbagai problema ini yang membuat Muhaimin akhirnya mencoba menaikkan posisi tawarnya dengan berkomunikasi keras agar diperhitungkan dalam koalisi Gerindra-PKB.
Sebelumnya, Cak Imin tidak menampik kemungkinan untuk membuat komposisi baru, bahkan merombak koalisi apabila dirinya tidak dipasangkan dengan Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Editor: Ivo Yasmiati