RUANGPOLITIK.COM — Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Nasir Djamil membantah koalisi partainya dengan NasDem dan Demokrat untuk mengusung Anies Baswedan terganjal persoalan uang.
Nasir menyebut uang bukan segala-galanya meski sangat menentukan. Menurut dia, dukungan rakyat yang menjadi faktor terpenting.
“Jadi uang bukan segala-galanya. Meskipun memang dia bisa menentukan segala-galanya, tapi sekali lagi dukungan rakyat lah yang paling diutamakan,” kata dia di kompleks parlemen, Senin (14/11).
Anggota Komisi III DPR itu menilai urusan pencalonan presiden adalah hal strategis. Pengambilan keputusan soal itu harus dipertimbangkan dengan cermat serta mempertimbangkan aspirasi kader di bawah.
Dia membantah jika rencana koalisi yang belum dideklarasikan terganjal karena masalah cawapres atau soal pemodal. Nasir menegaskan urusan pencalonan presiden murni karena pertimbangan nasib bangsa dan negara.
“Jadi ini bukan soal bouwheer, soal pemodal ya, soal tidak mau kalau misalnya cawapresnya diisi oleh si fulan. Ini soal strategis soal nasib bangsa ke depan soal bagaimana Indonesia bisa guyub,” katanya.
Nasir turut mengkritik pernyataan Ade Armando beberapa waktu lalu yang dinilai bakal kembali memicu politik identitas.
PKS, kata Nasir, tak ingin polarisasi yang terjadi pada pemilu dan pilpres sebelumnya kembali terulang kali ini.
Nasir menegaskan, rencana koalisi PKS, NasDem, dan Demokrat hanya tinggal menunggu waktu. PKS kata dia tak ingin terburu-buru, selain masih menunggu keputusan di Majelis Syuro.
“Ini soal waktu saja. Sehingga kita tidak perlu terburu-buru. Bisa saja nanti akhir tahun. Karena kalau di PKS salah satu mekanisme pengambilan keputusan ada di sidang Majelis Syuro,” katanya.
PKS, NasDem, dan Demokrat tidak menggelar deklarasi koalisi pada 10 November lalu. NasDem menyebut deklarasi itu batal digelar karena persoalan teknis.
Pertama, PKS masih menunggu keputusan Dewan Syuro. Kedua, AHY kala itu masih dalam perjalanan dari Jerman.
Editor: Ivo Yasmiati