RUANGPOLITIK.COM — Rencana bergabungnya dua partai besar ke kubu partai NasDem yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan partai Demokrat dalam waktu dekat akan menambah kekuatan Anies Baswedan untuk bertarung di Pilpres 2024 mendatang. Pengamat politik Ray Rangkuti, dari Lingkar Madani (Lima) saat dihubungi RuPol.com pada Selasa (25/10) mengatakan koalisi ini lebih kepada peluang untuk mencalonkan capres dan cawapres.
“Ini bukan soal kapasitas atau elektabilitas. Tapi soal peluang untuk mencalonkan capres dan cawapres. NasDem dan PKS sebagai pengusung utama Anies kekurangan syarat kursi pencalonan jika Demokrat tidak bergabung. Dua partai ini hanya mengoleksi 109 kursi. Masih kurang dari minimal 115 kursi yang dibutuhkan,” jelas Ray Rangkuti.
Karena itu, mantan aktivis ini menilai untuk memuluskan langkah menuju bursa pilpres, partai Demokrat harus bergabung dengan NasDem dan PKS. Karena parpol lain masing-masing sedang membangun kekuatan. Termasuk syarat utama dengan menjadikan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai cawapres Anies Baswedan.
“Jika KIB solid, koalisi PKB dan Gerindra jalan terus karena dapat mencalonkan sendiri, maka tidak dapat dihindari, Nasdem dan PKS harus menerima partai Demokrat untuk masuk bergabung dengan posisi seperti kemauan partai Demokrat, jadi cawapres Anies. Selesai di sini!” tegas pengamat politik ini.
Ray memahami jika sebagai partai besar, Demokrat memiliki target utama yakni menang dalam ajang kontestasi baik sebagai capres atau cawapres. Apalagi AHY sebagai Ketum Demokrat pasangan yang cukup ideal untuk berdampingan dengan Anies Baswedan.
“Bagi partai Demokrat, menang capres dan cawapres memang target utama. Tapi tanpa itupun, partai Demokrat sudah untung. Bahwa AHY menjadi capres di 2024 akan jadi modal bersaing pada pilpres 2029 yang akan datang. Posisi AHY dan partai Demokrat cukup kuat untuk jadi cawapres Anies,” ucapnya gamblang.
Karena itu, dari analisanya perihal pilpres ini, PKS akan mengikuti keputusan koalisi, karena secara kalkulasi politik partai Demokrat akan bertahan mengusung AHY. Sebaliknya, deal politik antara NasDem dan PKS lebih mengerucut untuk pemenangan Anies sebagai capres.
“Maka partai Demokrat bertahan ditawaran ini. Adapun NasDem dan PKS sudah tertahan dengan komitmen dukungan pada Anies. Sekalipun PKS belum deklarasi, tapi jelas mereka tidak akan ke mana-mana. PKS tergantung Anies. Ke mana ia pergi, PKS akan di belakangnya,” tegas Ray Rangkuti.
Sehingga Ray berkesimpulan, wacana melambungkan nama Aher sebagai cawapres Anies dari koalisi ini hanyalah sebagai bentuk gimmick politik untuk memanas-manasi ring pilpres.
“Jadi tinggal menunggu waktu deklarasi Anies-AHY. Adapun yang sekarang ini, cuma gimmick saja menuju koalisi capres/cawapres 2024 antara Nasdem,PKS dan Partai Demokrat,” jawab Ray Rangkuti. (IY)
Editor: Ivo Yasmiati