RUANGPOLITIK.COM — Nada sumbang terjadinya pergesekan politik dan hubungan yang kurang harmonis antara Presiden Joko Widodo dan Anies Baswedan, menjelang Pilpres 2024 mencuat ke permukaan. Apalagi bahasa ‘kecewa’ Jokowi ke Surya Paloh yang dulu mengusungnya, namun kini membelot ke Anies Baswedan membuat peta itu makin sulit dibaca.
Padahal Anies Baswedan sebelumnya masuk dalam tim pemenangan Jokowi-JK saat pilpres 2014 berhadapan dengan rivalnya Prabowo-Hatta. Dinamika ini kian panas, sejak Pilkada DKI Jakarta yang dianggap menjebloskan Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ke hotel prodeo dengan kasus penistaan agama. Padahal Ahok adalah patner dekat Jokowi saat keduanya memimpin Jakarta.
Dari fenomena politik yang berkembang saat ini, Profesor Tulus Warsito, Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan Pakar Diplomasi Hubungan Internasional saat dihubungi RuPol.com, pada Selasa (25/10) mengatakan jika dalam hubungan politik semua bisa berubah.
“Hubungan politik, seperti halnya hubungan sosial lainnya, wajar saja berubah-ubah. Kadang sebagai kawan, kadang sebagai lawan. Hubungan akan otomatis menjadi baik kalau masing-masing pihak merasa diuntungkan satu sama lain. Kalo dirugikan, apalagi diremehkan terus,” jelasnya.
Hubungan ini juga bisa terlihat antara Jokowi dan Surya Paloh yang tak lagi satu arah untuk Pilpres mendatang, Profesor Tulus menilai semua bisa berubah.
“Seperti halnya antara Jokowi dan Anies, begitu juga antara Jokowi dan Surya Paloh. Hubungan diantara mereka akan bisa membaik jika masing-masing akan saling diuntungkan,” jelasnya.
Karena itu Profesor Tulus Warsito berpandangan, sebagai seorang akademisi bukan hal sulit bagi Anies untuk membangun diplomasi politik dengan Jokowi. Hanya saja beban dukungan PA 212 pasca Pilkada DKI Jakarta dulu menjadi tanggung jawab berat bagi Anies.
“Beban politik Anies sebagai gubernur sangat berat karena dukungan terlalu ekstrim dari PA 212, sehingga seolah-olah dia nggak bisa move on. Padahal sebagai akademisi dia cukup moderat pikiran politiknya. Diplomasi Anies terhadap Jokowi tidak semata-mata ditentukan oleh prestasinya sebagai gubernur, melainkan banyak yang lain yang masih mungkin dilakukan menjelang Pilpres 2024,” jelasnya.
Secara tersirat, Profesor Tulus menyatakan jika politik yang nampak dipermukaan bisa saja berbeda dengan yang terjadi dengan kenyataan.
“Hubungan Jokowi dan Prabowo membuktikan itu,” tegasnya.
Beliau juga menyampaikan,” Di filsafat politik China, arah politik itu seperti jejak kaki naga, nggak ada orang yang tahu kemana arahnya,” ucap beliau diplomatis. (IY)
Editor: Ivo Yasmiati