RUANGPOLITIK.COM — Pemberian sanksi kepada Ganjar Pranowo oleh PDI-Perjuangan dinilai pengamat politik Efriza terlalu berlebihan. Ia menilai apa yang disampaikan Ganjar masih dalam batas wajar, hanya saja PDI-P dinilai terlalu lebay. Pernyataan ini disampaikan oleh Efriza saat dikonfirmasi oleh RuPol.com, pada Senin (24/10).
“Sanksi Ganjar sebenarnya sedikit lebay. Karena Ganjar tidak terang-terangan menyatakan siap nyapres. Ia hanya menyatakan kalau untuk bangsa dan negara, apa sih yang tidak siap,” jelas Efriza.
Bahkan Efriza menilai, sikap politik Ganjar ini mendapat dukungan dari Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto.
“Malah pernyataan Ganjar ini dianggap hal biasanya saja bagi Hasto, malah terkesan Hasto turut menyetujui pernyataan Ganjar, dengan Hasro menyatakan semua kader PDI-P harus selalu siap, malah diingatkan bahwa jangan sampai pernyataan Ganjar menjadi gimmick politik,” jelasnya.
Karena itu, Efriza menilai pemberian sanksi kepada Ganjar ini terlihat sebagai bentuk gimmick politik. Disatu sisi mendukung, tapi di sisi lain seolah menolak.
“Nah, pertanyaannya sekarang, apakah PDI-P saat ini sedang melakukan Gimmick politik? Jika Ganjar di Proses semestinya Hasto juga diproses pernyataannya terkesan mendukung, pernyataan Hasto malah diibaratkan bisa dijadikan meringankan sanksi untuk Ganjar,” jawab Efriza.
Meskipun diberi sanksi oleh DPP PDI-Perjuangan dan seolah ditolak untuk berbicara segala hal yang bernada capres. Efriza menilai Ganjar akan tetap komit sebagai kader PDI-Perjuangan.
“Ganjar diyakini tidak akan memilih hengkang dari PDI-Perjuangan. Sebab, Ganjar sudah memperoleh tiga hal yang sangat menyakitkan bagi politisi partai, berupa ‘dibuang’ ide, gagasannya. Seperti komentar Ganjar acap menimbulkan kegaduhan, meski hal umum saja. Ia juga sudah menerima perilaku ‘dibunuh’ karakter dan kariernya seperti dia dipersepsikan pemimpin yang sibuk bermedia sosial semata, dibahasakan kemajon, keminter, mblandang. Terakhir ia sudah ‘dibui” maksudnya ia tak boleh kemana-mana, bahkan untuk urusan internalnya saja datang ke wilayahnya sudah tak diajak oleh daerah pemilihannya,” jelas Efriza.
Namun, Ganjar tetap di PDI-Perjuangan, karena ia menyadari bahwa ia hanyalah ‘petugas’ partai, jika ia taat pada aturan dan loyalitas tinggi kepada partai, bukan tak mungkin ia akan maju sebagai bagian dari pasangan calon entah capres atau sekadar cawapres pendamping Puan Maharani, misalnya.
“Andai ia keluar dari PDI-Perjuangan malah karirnya akan tamat, ia dianggap politisi cengeng, ambisius, juga belum tentu ia akan diusung oleh koalisi atau partai lain, dan juga pengalaman membuktikan politisi PDIP yang keluar dari PDIP cenderung karirnya menurun drastis, bahkan tamat,” ucap Efriza memberikan analisanya. (IY)
Editor: Ivo Yasmiati