RUANGPOLITIK.COM – Direktur Eksekutif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) Sholeh Basyari, mengatakan pertemuan Presiden Jokowi dengan Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri memiliki arti yang sangat penting di tengah dinamika politik nasional yang meninggi.
Pertemuan itu juga berarti Jokowi kembali ke rumahnya, untuk melaporkan semua peristiwa-peristiwa yang terjadi kepada orang tuanya.
“Peristiwa politik nasional akhir-akhir ini membuat Pak Jokowi membutuhkan dukungan yang kuat. Sebagai kader PDIP, tentunya dukungan yang paling tepat itu adalah dari Sang Ibu,” kata Sholeh melalui keterangan tertulis kepada RuPol, Sabtu (8/10/2022).
Sholeh mengurai beberapa kondisi yang tengah dihadapi Presiden Jokowi, yang dianggap membuat tekanan tersendiri kepada kepemimpinannya.
Pertama, adanya peristiwa atau tragedi di Stadion Kanjuruhan yang menyebabkan meninggalnya 131 orang.
Tragedi yang menjadi perhatian dunia internasional ini, membutuhkan penanganan yang tepat dan cepat agar tidak mempengaruhi atau menghalangi tindakan-tindakan politik lainnya.
“Tragedi ini menjadi perhatian dunia. Jika Jokowi tidak menyikapi dengan cermat, ini bisa seperti granat di tangan, yang jika terlambat melempar akan meledakkan diri sendiri,” terangnya.
Lanjut Sholeh, walau peristiwa Kanjuruhan ini tidak ada kaitan dengan politik, tapi efeknya bisa mengarah ke politik dalam dan luar negeri.
“Semoga saja peristiwa itu tidak dijadikan sebagai ‘penekan’ oleh dunia internasional, untuk mempengaruhi kebijakan politik dalam negeri,” jelas pemerhati politik Islam internasional itu.
Yang kedua, pertemuan Jokowi dan Megawati itu juga terkait dengan deklarasi Anies Baswedan sebagai capres dari NasDem.
Sholeh menilai tidak ada yang salah dalam deklarasi tersebut, namun karena deklarasi yang terlalu cepat membuat keutuhan partai koalisi pemerintah menjadi goyah.
Jokowi dan partai-partai koalisi pemerintah lainnya, seperti tidak menyangka NasDem akan mengambil keputusan secepat itu.
“Jokowi membutuhkan dukungan dari PDIP dan Megawati, untuk menyikapi keputusan berani NasDem itu. Karena ini terkait dengan keutuhan koalisi pemerintah dan keinginan Jokowi untuk menentukan calon penerus kepemimpinannya,” papar Sholeh.
Riuhnya dukungan capres dan cawapres baik dari partai maupun kelompok-kelompok relawan, telah menyita perhatian elit-elit politik nasional.
Dari kelompok partai koalisi pemerintah sendiri, sudah muncul beberapa nama seperti, Ganjar Pranowo, Puan Maharani, Prabowo Subianto dan bahkan Jokowi sendiri yang disebut-sebut akan menjadi cawapres Prabowo.
Sholeh menyebutkan kondisi itu juga akan menjadi bahan pembicaraan Jokowi dan Megawati.
“Minimal keduanya menyiapkan opsi-opsi dari beberapa nama tersebut. Karena jika dibiarkan, akan terjadi persaingan keras di internal partai koalisi yang pastinya akan menguntungkan bagi kubu oposisi,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan Presiden Jokowi mengadakan pertemuan dengan Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri, selama 2 jam di Batutulis, Sabtu (8/10/2022).
Pertemuan tersebut dibenarkan oleh Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, yang mengatakan pertemuan itu guna membahas kondisi ancaman krisis ekonomi dan krisis pangan yang melanda dunia.
Tapi Hasto juga menyampaikan adanya pembahasan tentang kondisi politik nasional terkini dan kelanjutan kepemimpinan nasional.
“Ada juga pembicaraan terkait agenda Pemilu 2024. Salah satunya agar Pemilu 2024 menjadi momentum kebangkitan Indonesia Raya dan sekaligus ada kesinambungan kepemimpinan sejak Bung Karno, Bu Mega, Pak Jokowi hingga kepemimpinan nasional ke depan,” terang Hasto kepada wartawan, Sabtu (8/10/2022). (ASY)
Editor: Syafri Ario
(Rupol)