RUANGPOLITIK.COM –Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), yang juga Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, sekaligus Kepala badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Suharso Monoarfa diminta mundur dari jabatannya.
Polemik tentang pernyataan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa, yang menyinggung tentang tradisi memberi amplop kepada kiai-kiai ketika berkunjung ke pesantren, berbuntut panjang.
Setelah menuai protes dan kecaman dari berbagai daerah, kali ini Suharso didesak mundur Forum Santri Banyumas.
Dalam Diskusi yang mengambil tema Kegagalan Suharso Monoarfa Memahami Antropologi Santri-Kyai itu, dipantik dengan adanya pernyataan Suharso dalam pidato di acara internal partai dengan Komisi Pemberantasi Korupsi (KPK), yang menyebut soal amplop kyai.
Hal itu, menurut salah satu pembicara dalam diskusi, Dosen Fakultas Ilmu Sosial Politik (Fisip) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Ahmad Rofik, merupakan kegagalan Suharso Monoarfa dalam memahami antropologi relasi antara santri dengan kyai.
Berita Terkait:
Terkait ‘Amplop Kiai’, Polda Metro Jaya Jadwalkan Pemanggilan Ketum PPP
Ketum PPP Diminta Mundur, Awiek: Pengurus DPP Akan Gelar Rapat
Ketum PPP Suharso Dilaporkan ke Bareskrim Polri soal Amplop Kiai
“Amat sangat keliru, Suharso Monoarfa. Ini menyinggung para santri yang selama ini tabarukan kepada kyai dengan ikhlas. Kyai tidak mengarapkan amplop, seperti yang dibayangkan Suharso,” ujar Ahmad Rofik dalam diskusi yang digelar oleh Forum Santri Banyumas, Jumat (26/8/2022).
Menurut Ahmad, pernyataan itu telah menyinggung para santri dan kyai, yang justru telah menjadikan hal tersebut suatu traidi yang disebut tabarukan atau menharap barokah. Yakni dengan memberikan sesuatu kepada kyai yang telah membimbing dan memberikan pelajaran kepada para santri.
“Ini adalah bentuk cinta kepada kyai, sebagai rasa kasih, tapi jangan dimaknai kyai membutuhkan itu. Kyai mengharapkan para santri untuk mengaji saja, tidak mengharap amplopnya,” ujarnya.
Ketika kyai, lanjut dia, menerima sesuatu dari santrinya, itu juga akan dikembalikan lagi kepada para santri yang ada di pesantrennya.
Di sisi politik, Ahmad Rofik menyoroti, pernytaan Suharso Monoarfa juga mencerminkan sebuah kegagalan. Yaitu bahwa yang bersangkutan gagal di dalam kabinet pemerintahan Jokowi, yang telah memberi perhatian lebih kepada santri dan kyai.
“Ini mencederai semangat pemerintahan yang memberikan perhatian lebih kepada para santri dan kyai. Bahkan secara politik juga akan merugikan parati yang dipimpinnya, karena pemimpin partainya tidak memahami tradidi relasi santri dengan kyai,” ujarnya.
Sementara, salah satu peserta diskusi, Farhun mengatakan, pernyataan Suharso Monoarfa sangat melukai santri.
“Kami minta dengan gentle untuk mundur dari jabaran pimpinan partai maupun di kementerian,” tegasnya.
Ia menjelaskan, soal memberikan sesuatu kepada kyai, adalah bentuk takdimnya santri terhadap kyai serta mencari barokah.
“Kami sangat keberatan dengan ucapan itu, sangat melukai dan dia tidak memahami tradisi itu,” ucapnya.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)