
Anies Baswedan – Agus Harimurti Yudoyono (NasDem, PKS dan Demokrat)
Nama Anies Baswedan mengapung pada Rakernas Partai NasDem kemarin, dengan mendapatkan dukungan 32 DPW seluruh Indonesia.
Hasil tersebut sebenarnya tidak mengejutkan sama sekali, karena jauh sebelum rakernas itu, Anies dan NasDem sudah memiliki kedekatan yang intim.
Jika tidak ada kejadian yang ‘luar biasa’, Gubernur DKI Jakarta itu sudah pasti akan mendapat dukungan dari NasDem pada pilpres mendatang.
NasDem akan mendapatkan teman koalisi yang sama-sama pasti akan mengusung Anies dari PKS.
PKS sendiri walau sempat berkilah dan mengatakan belum menentukan siapa capres yang akan mereka usung, sangat kecil sekali kemungkinan akan berpaling dari Anies.
Sejak beralihnya Prabowo Subianto ke koalisi pemerintahan, PKS sudah menjadikan Anies sebagai simbol dari barisan oposisi yang mereka galang.
Sehingga nama Anies sudah terlalu dalam pahatannya di hati pengurus, kader dan simpatisan PKS, sangat beresiko bagi PKS mengalihkan dukungan dari Anies.
Apalagi saat ini ada beberapa partai baru yang juga mencoba mengambil ceruk suara pemilih Anies, seperti Partai Ummat dan Masyumi, bahkan mungkin saudara kandung PKS yang juga baru lahir, Partai Gelora.
Guna memenuhi ambang batas pencalonan, tinggal mengajak Partai Demokrat yang sudah tentu memiliki keinginan yang kuat untuk berada pada gerbong ini.
Selain sama-sama berada di luar pemerintahan, Demokrat juga berpeluang untuk menyodorkan Ketumnya Agus Harimurti Yudoyono (AHY) sebagai cawapres.
Gabungan ketiga partai ini memiliki persentase sebesar 28,35 persen, paling tinggi dari ketiga pasangan lain.
Pasangan Anies-AHY ini, sudah tentu merupakan antitesis dari pemerintahan Presiden Jokowi saat ini. Bagi kalangan oposisi pemerintahan atau yang selama ini berada pada barisan di luar pemerintahan, pasangan Anies-AHY akan menjadi pilihan mereka.
Elektabilitas Anies yang selalu berada pada posisi 3 besar di berbagai survey, akan mendapatkan tambalan yang kokoh dari Demokrat.
Tentu kekuatan Demokrat masih ada, menjadi penguasa selama 10 tahun dari 2004 sampai 2014. Sisa-sisa kekuatan itu pasti masih banyak, tinggal bagaimana Presiden Susilo Bambang Yudoyono kembali mengumpulkan kekuatan yang terserak itu.
Dengan munculnya empat pasangan capres dan cawapres, kita bisa berharap akan terjadi penurunan eskalasi polarisasi yang sejak 2014 lalu begitu tajam.
Masyarakat juga mendapatkan suguhan bermacam menu dan rasa, sehingga tidak terpaku dengan prinsip anti si A atau anti si B.***
Penulis adalah CEO RuangPolitik.com
Editor: Asiyah Lestari
(RuPol)