RUANGPOLITIK.COM-Isu reshuffle kabinet sudah sering kali terdengar. Namun, sejauh ini Presiden Jokowi belum juga merealisasikan wacana tersebut.
Terakhir, isu reshuffle kian santer terdengar, bahkan kabarnya perombakan kabinet akan dilakukan hari ini, Rabu, (15/6/2022).
Meski demikian, belum ada yang mengiyakan bisik-bisik tersebut. Hanya, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno memberi petunjuk, Jokowi pasti akan melakukan reshuffle.
Sejumlah kalangan menilai, Jokowi memiliki perhitungan khusus soal kapan harus melakukan perombakan kabinet. Entah memang dilakukan berdasarkan perhitungan penanggalan atau hanya kebetulan, tetapi dalam beberapa kali reshuffle, hampir selalu jatuh pada Rabu.
Banyak yang menduga, pemilihan hari itu kemungkinan disesuaikan dengan hari lahir Jokowi, yang juga Rabu.
Berita Terkait:
Soal Reshuffle Kabinet, PAN Prioritaskan Zulhas Jadi Calon Menteri
Terkait Reshuffle, Ini Pejabat-pejabat yang Dipanggil ke Istana
Beredar Isu Dapat Jatah Menteri, PAN: Kami Senang Hati!
Pernyataan Reshuffle, Pengamat: Presiden Jokowi Harus Segera Panggil Cak Imin
Pengajar Sastra Jawa Universitas Indonesia, Prapto Yuwono mengatakan, hari kelahiran dalam tradisi Jawa kerap disangkutpautkan dengan hal-hal positif.
Hari lahir juga biasanya dipilih untuk tindakan-tindakan yang menyangkut keselamatan, keamanan, dan kesejahteraan.
Jika benar Jokowi memperhitungkan semuanya dengan tradisi Jawa, bisa jadi dia berharap perombakan kabinet yang dilakukan pada hari kelahiran mengandung harapan dan keyakinan agar para menteri yang dipilihnya benar-benar membantu jalannya pemerintahan.
Hanya, pemilihan ”hari baik” dalam mengumumkan perombakan kabinet tak sepenuhnya sesuai harapan.
Meski sudah dipikirkan masak-masak dan bahkan (jika benar) menggunakan perhitungan penanggalan yang baik, tetap saja para pembantu presiden itu masih ada yang tak menunjukkan kinerja baik.
Alih-alih berkinerja baik, banyak menteri yang dipilih dan mendapat amanat besar dari Jokowi, malah keasyikan dengan jabatannya hingga lebih fokus tebar pesona untuk hajat yang masih lama bernama pemilihan presiden (pilpres).
Tak hanya itu, ada pula menteri yang hanya pintar mencari muka dengan membuat pernyataan-pernyataan kontroversial berbau politik soal jabatan presiden.
Padahal, di tengah kesusahan yang sedang dirasakan rakyat, seharusnya para menteri lebih banyak bekerja dalam senyap dan menyelesaikan tugasnya dengan baik. Bukan malah membuat kegaduhan, seakan-akan pencitraan untuk menuju pencapresan atau mencari muka jauh lebih penting daripada tugas mereka.
Belum lagi, menteri-menteri yang kinerjanya kurang memuaskan sehingga timbul banyak masalah di tengah masyarakat yang tak kunjung usai.
Ditambah, anak buah yang terjerat kasus suap dan sebagainya. Tentu tingkah para menteri itu jauh dari harapan Jokowi ketika memilihnya dulu.
Kegagalan para menteri dalam menyelesaikan tugasnya itu pun diakui masyarakat. Survei Charta Politika bertajuk ”Membaca Situasi Politik dan Konstelasi Elektoral Pasca Rakernas Projo” yang dilakukan pada 25 Mei hingga 2 Juni 2022 itu melibatkan 1.200 responden.
Hasilnya menunjukkan, 63,1 persen responden setuju diadakan reshuffle menjelang akhir masa pemerin tahannya.
Survei menggunakan metode multistage random sampling, dengan margin of error 2,83 persen.
Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya menjelaskan, berdasarkan hasil survei itu diketahui tingkat kepuasan pada kinerja menteri di Kabinet Indonesia Maju hanya 53,5 persen.
Angka itu tentu menjadi rapor merah. Bayangkan jika nilai itu disampaikan dengan nilai rapor di sekolah. Sudah pasti tinggal kelas karena belum mencapai 60.
Tingkat kepuasan yang cenderung kecil itu juga berkorelasi dengan tingkat keinginan responden untuk mengubah struktur di kabinet pemerintahan.
Dari empat sektor yang ditelaah Charta Politika, bidang perekonomian mendapatkan penilaian yang paling buruk. Sebanyak 55,2 persen masyarakat memberikan penilaian buruk dan sangat buruk. Sementara 43,5 persen menilai baik dan sangat baik.
Diakui atau tidak, memang sejumlah menteri di bidang ekonomi lebih banyak bersolek demi agenda politiknya masing-masing.
Ada yang mengakui secara terang-terangan. Ada pula yang masih berkelit karena mungkin belum menemukan kendaraan politiknya.
Apa pun keputusan Jokowi hari ini, semoga menempatkan orang yang tepat di posisi yang tepat pula.
Tanpa ribet dengan copras-capres karena rakyat tidak butuh itu. Rakyat hanya butuh harga minyak dan pangan kembali normal, memiliki akses kesehatan dan pendidikan yang layak, dan tentunya hidup sejahtera.
Masih banyak pekerjaan rumah bagi para menteri pembantu presiden tersebut agar persoalan bangsa selesai. Bukan cuma hilir mudik untuk pencitraan demi dilirik menjadi capres. (BJP)
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)