RUANGPOLITIK.COM – Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh sempat menyebut akan memasangkan capres dengan elektabilitas tinggi pada Pilpres 2024.
Salah satunya memasangkan Anies Baswedan dengan Ganjar Pranowo, yang menurut Surya Paloh berpotensi menghilangkan polarisasi di tengah masyarakat.
Pengamat politik dari Citra Institute Efriza, melihat wacana itu sangat menarik tapi memerlukan tangan-tangan yang berpengaruh untuk mewujudkan.
“Bisa saja terbentuk, tapi sutradaranya harus papan atas. Misalnya Presiden Jokowi dengan Bapak Jusuf Kalla turun tangan. Bukan menjadi sesuatu yang mustahil kalau menurut saya,” ujar Efriza melalui keterangan tertulis kepada RuPol, Senin (30/5/2022).
Kata Efriza, ada beberapa faktor yang akan membuat pasangan tersebut bisa terwujud, antara lain faktor merenggangnya hubungan Jokowi dengan PDIP.
“Sudah bukan rahasia lagi kalau Jokowi sebenarnya menginginkan Ganjar sebagai penerusnya, namun dengan memburuknya hubungan Jokowi dengan elit PDIP, sangat sulit untuk memaksakan PDIP bisa mengusung Ganjar. Jadi Jokowi tentu harus mencarikan perahu buat Ganjar dari partai koalisi lain, seperti KIB, atau NasDem,” lanjut Efriza.
Dengan menguatnya nama Anies Baswedan di kalangan Partai NasDem, maka pilihan bagi Jokowi adalah memasangkan keduanya.
“Faktor kedua, jangan lupa bahwa mereka semua itu berperan besar saat duet Jokowi-Kalla pada Pilpres 2014. Anies salah satu pentolan tim sukses juga waktu itu dan juga orang dekat Jusuf Kalla. Dengan merujuk kisah masa lalu, hal tersebut bisa terulang juga. Anies-Ganjar atau Ganjar-Anies itu bisa juga sebagai dejavu Jokowi-Kalla,” papar Dosen Ilmu Politik di berbagai perguruan tinggi tersebut.
Berita terkait:
Pasangan Ganjar-Anies, Pengamat Sebut Kemungkinan Terusung di 2024 Kecil
Belum Umumkan Puan Sebagai Capres PDIP, Megawati: Masih Cari Waktu yang Pas
Cibir Jokowi, Rizal Ramli: Penampilan Sok Merakyat, Tapi Kebijakan Pro Oligarki
Anies-Ganjar Berpotensi Hilangkan Polarisasi
Efriza melanjutkan analisisnya, dengan melihat kondisi polarisasi yang telah memecah belah anak bangsa. Kalau para tokoh bangsa, seperti Jusuf Kalla melihat itu sebagai salah satu alasan, maka memasangkan Anies-Ganjar bisa menjadi salah satu solusi.
“Saya rasa beliau-beliau itu melihat kondisi yang sama, polarisasi yang bisa membuat terhambatnya pembangunan. Berdasarkan itu, mungkin saja mereka berpendapat dengan pasangan itu bisa membuat hilangnya polarisasi, minimal berkuranglah,” lanjut Efriza.
Dengan alasan tersebut juga, Jusuf Kalla sebagai tokoh yang disegani banyak pihak bisa memberikan pengertian kepada partai-partai untuk mengusung.
“Pengaruhnya (Jusuf Kalla) yang masuk ke lintas partai, maka peran Pak Jusuf Kalla saya rasa bisa memberi pengertian kepada partai-partai, seperti Golkar, NasDem, PKS maupun PKB atau PAN,” terang Efriza.
Selanjutnya, kata Efriza, Presiden Jokowi tentunya ingin ada jaminan keselamatan bagi dia dan keluarganya setelah nanti tidak menjabat presiden.
Sehingga penting untuk menempatkan orang-orang yang satu lingkaran untuk menjadi penerus sebagai presiden.
“Memperjuangkan Ganjar tentu menjadi fokus utama bagi Jokowi. Dengan memasangkan bersama Anies peluang menangnya jelas lebih besar. Tinggal bagaimana ‘mendudukkan’ antara mereka dan membuat Jokowi menjadi King Maker,” tambah Efriza.
Mengenai siapa yang akan menjadi capres dan cawapres, Efriza menilai lebih tepatnya Anies pada posisi capres dan Ganjar pada posisi cawapres.
“Anies sebagai perwakilan Jusuf Kalla dan Ganjar sebagai perwakilan Jokowi, ini merupakan kebalikan dari Pilpres 2014. Jika terpilih nanti, Anies akan menjadi simbol Indonesia di dunia internasional, sedangkan Ganjar mengurusi urusan dalam negeri. Klop lah itu,” pungkasnya. (ASY)
Editor: Asiyah Lestari
(RuPol)