RUANGPOLITIK.COM – Keinginan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar untuk maju sebagai calon presiden pada Pilpres 2024 mendatang, akan sulit terwujud jika hubungannya dengan PBNU tidak harmonis.
Selama ini Muhaimin mendapatkan legitimasi yang kuat di PKB, karena ikut mendapat sokongan dari PBNU di bawah kepemimpinan Said Aqil Siradj.
“Cak Imin Mampu mempertahankan kekuasaannya di PKB selama ini, juga berkat sokongan dari NU struktural masa pimpinan Kiai Said Aqil,” ujar Direktur Eksekutif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) Sholeh Basyari, ketika berbincang dengan RuPol, Sabtu (28/5/2022).
Hubungan saling membutuhkan dan keterikatan kepentingan antara Muhaimin Iskandar dengan Said Aqil Siradj, bisa membuat keduanya menjadi kuat selama 10 tahun terakhir.
“Terpilihnya Kiai Said menjadi Ketum PBNU selama 2 periode, tidak terbantahkan itu adalah karena Cak Imin dan PKB. Begitu juga sebaliknya, Cak Imin menjadi kuat karena ada PBNU di belakangnya. Jadi yang dilihat orang bukan PKB, tapi PBNU sebagai ormas terbesar di Indonesia,” lanjut Sholeh.
Jika sekarang Muhaimin ditinggalkan PBNU, maka kata Sholeh, kekuatan Cak Imin akan berkurang signifikan.
“Walau di internal PKB masih relatif kuat, tapi dari eksternal Cak Imin sudah tidak ada apa-apanya. Sudah seperti Macan Ompong,” tambahnya.
Berita terkait:
Terlalu Pede Capres, Pengamat: PKB dan Muhaimin Takkan Dapat Koalisi
Panas PKB-PBNU! Marwan Jafar: PKB Yang Diserang Duluan
Panas PKB dengan PBNU, Gus Yahya: Mereka Yang Merenggangkan Diri Dari NU
Muhaimin Singgung Peran dan Bantuan PKB untuk Nahdlatul Ulama
Aktivis NU itu menilai dengan habisnya dukungan dari PBNU, maka peluang Muhaimin untuk maju sebagai capres juga habis.
Karena penggabungan antara PKB dengan PBNU itu, akan menciptakan magnet bagi partai lain untuk menggaetnya.
“Tidak hanya berdampak kepada Cak Imin yang ingin maju sebagai capres, tapi juga akan berdampak besar kepada suara PKB. Oleh karena itu, jika hubungan antara Cak Imin dengan PBNU tidak membaik dalam beberapa waktu ke depan, PKB bersiap-siap lah untuk ikut ditinggal pemilihnya,” pungkas Sholeh.
Sebelumnya Muhaimin mengeluarkan pernyataan yang menyindir Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf, dengan menyebutkan suara PKB solid 13 juta walau PBNU menjauh dari PKB.
“Semua lembaga survei (menyebut) pemilih PKB adalah loyal, solid sekalil sampai ke bawah. Bahkan, Yahya Cholil, Ketum PBNU ngomong apa aja terhadap PKB, enggak ngaruh sama sekali,” ujarnya. (ASY)
Editor: Bejo. S
(RuPol)