RUANGPOLITIK.COM-Pemindahan Wakil Ketua Komisi II DPR RI Luqman Hakim berbuntut panjang, beredar pesan berantai dosa-dosa yang dilakukan Luqman di dalam tubuh PKB, sehingga ia dirotasi menjadi anggota Komisi IX.
Salah satu dosa-dosa yang disebutkan yakni, tidak sependapatnya Luqman dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin tentang wacana penundaan pemilu 2024. Yang mana, Luqman dengan tegas menolak wacana tersebut.
Pengamat Politik Citra Institute, Efriza menjelaskan, pemindahan tersebut terjadi karena di internal PKB sedang terjadi riak dampak dari pernyataan dan sikap Ketua Umum PKB yang mewacanakan penundaan pemilu 2024.
“Ketika ia (Luqman) digeser ke komisi IX yang lebih fokus kepada lingkup peran untuk masyarakat, ini tentu sesuatu yang tak biasa. Menunjukkan kepercayaan partai dan Ketua Umum PKB terjun bebas kepada dirinya,” kata Efriza, kepada RuPol, Kamis (14/4/2022).
Berita Terkait:
Rotasi Luqman Hakim, Pengamat: Lemahnya Hak Konstitusi Anggota DPR di Mata Partainya
Fraksi PKB DPR RI Bantah Rotasi Luqman Hakim Tak Sependapat dengan Cak Imin
Luqman Hakim Dirotasi dari Pimpinan Komisi II, Junimart: Tunggu Jadwal dari Ketua DPR
Luqman Hakim Dicopot Dari Waka Komisi II, Karena Tidak Loyal Kepada Muhaimin?
Pasalnya, seseorang yang mendapatkan jabatan di AKD menunjukkan sosok itu adalah bagian dari elite, punya pengaruh dan kedekatan dengan Ketua Umum. Namun, yang terjadi Luqman Hakim digeser dari komisi strategis yang membahas pemerintahan yakni Komisi II.
Selain faktor tak sependapat terkait wacana penundaan pemilu, pemindahan Luqman menurut Efriza dikarenakan di dalam organisasi politik PKB memang ada api dalam sekam. Yang muncul karena kekecewaan terhadap kepemimpinan Cak Imin.
“Potensi PKB rentan konflik cukup besar, apalagi PBNU yang merupakan identitas dari konstituen PKB juga sudah mulai menjadi alat penekan politik,” ungkapnya.
Ia menyebut, saat ini posisi Cak Imin sedang dalam keadaan terjepit. Oleh karena itu, siapapun yang menetang atas pemikirannya Cak Imin tak akan segan-segan untuk menyingkirkannya.
“Ini ujian besar yang harus dijalani oleh Cak Imin,” ucap Efriza.
Penyebabnya lain adanya konflik di internal PKB adalah kepemimpinan ketua umum PKB, yang cenderung menghadirkan konflik di tingkat internal, meski tidak terekam dan terungkap kepada publik.
Cak Imin acap terlalu percaya diri, menganggap dirinya adalah personalisasi partai, ia merasa tidak akan terjadinya faksi di tubuh PKB, dan ia punya pengaruh dan kekuatan yang besar di PKB.
“Padahal kekuatan dan pengaruh Cak Imin sedang mendapatkan ujian. Konflik dalam sekam yang ada ditubuh PKB sedang mencoba menerobos dinding-dinding dengan cara yang pelan, senyap, namun pasti, akan mengapung ke permukaan, jika tidak disikapi oleh Cak Imin sedini mungkin,” papar Efriza.
“Momentum itu sudah ada, pemicu juga sudah didapatkan, hanya menunggu mengapung hingga tercapainya kulminasi saja,” sambungnya. (AFI)
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)