RUANGPOLITIK.COM-Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan adanya potensi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite hingga gas LPG 3 kilogram.
Luhut Binsar Pandjaitan memberi sinyal bahwa pemerintah berencana menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite dan gas LPG 3 Kilogram. Kenaikan akan berlangsung secara bertahap. Dari bulan April ini hingga September 2022.
“Yang akan terjadi (kenaikan harga) itu Pertamax, Pertalite, Premium, gas yang 3 kilo itu bertahap. Jadi 1 April, nanti Juli, nanti September itu bertahap,” kata Luhut saat meninjau Proyek LRT di Depo LRT Jabodebek Bekasi, Jumat (1/4/2022).
Menurut Luhut, rencana tersebut mengemuka dalam rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo.
Luhut menyebut kebijakan ini terpaksa ditempuh demi menyelamatkan keuangan Pertamina imbas mahalnya harga minyak mentah dunia.
Berita Terkait:
Wacana Kenaikan BBM Ramadan Ini Dikecam KAMMI Bandarlampung
PAN Minta Penghapusan Pertalite Ditunda
Pertamina Pastikan Pertalite dan Premium Masih Ada
Dianggap Perdana Menteri, Pengamat: Luhut Terkesan Melampaui Tupoksinya
“Kalau ditahan terus nanti akan jebol keuangan Pertamina. Jadi, terpaksa harus kita lakukan,” jelasnya.
Luhut mencatat, saat ini harga minyak mentah dunia telah menembus level USD 100 per barel. Sedangkan, dalam asumsi alokasi APBN harga minyak dipatok USD 63 per barel.
Diketahui, berlaku mulai hari ini 1 April 2022 mulai pukul 00.00 waktu setempat, BBM Non Susbsidi Gasoline RON 92 (Pertamax) disesuaikan harganya menjadi Rp12.500 per liter untuk daerah dengan PBBKB lima persen, dari harga sebelumnya Rp9.000 per liter.
Kenaikan tersebut merujuk pada harga minyak dunia yang melambung hingga di atas 100 dolar Amerika Serikat per barel. Hal ini disebabkan karena adanya krisis geopolitik.
Pertamina mengklaim harga pertamax dari Pertamina saat ini masih lebih kompetitif dibandingkan dengan harga BBM sejenis.
“Pertamina selalu mempertimbangkan daya beli masyarakat, harga Pertamax ini tetap lebih kompetitif di pasar atau dibandingkan harga BBM sejenis dari operator SPBU lainnya. Ini pun baru dilakukan dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, sejak tahun 2019,” papar Manager Communication, Relations & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Laode Syarifuddin Mursali.
Dengan demikian, penyesuaian harga Pertamax menjadi Rp 12.750 per liter ini masih lebih rendah Rp3.250 dari nilai keekonomiannya.
“Ini kita lakukan agar tidak terlalu memberatkan masyarakat,” pungkas Laode.(BJO)
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)